Best Practices SMPN 2 Parongpong
UPAYA MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI
DILINGKUNGAN SEKOLAH
SEBAGAI PEMENUHAN
TANTANGAN
MEMBACA BANDUNG BARAT
DI
SMP NEGERI 2 PARONGPONG
BEST PRACTICE
DISUSUN OLEH
TIM TANTANGAN MEMBACA BANDUNG BARAT (TMBB)
SMP NEGERI 2 PARONGPONG
KABUPATEN BANDUNG BARAT
Naskah Laporan Best Practice:
Judul : UPAYA
MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI DI
LINGKUNGAN
SEKOLAH
Disusun oleh : Tim
Tantangan Membaca Bandung Barat (TMBB)
SMP Negeri 2 Parongpong
|
Disahkan oleh Bandung Barat, 10 Maret 2023 |
|
|
|
|
|
Dra. Hj. Yeti Resmiati, MM NIP.
196306041988032011 |
|
Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa kami
panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulisan Best Practice yang berjudul “Upaya Menumbuhkan Budaya Literasi di
Lingkungan Sekolah” dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Best Practice ini dibuat dengan tujuan untuk
memberikan informasi serta gambaran mengenai Gerakan Literasi Sekolah yang
telah dilaksanakan di SMPN 2 Parongpong yang dilakukan secara menyeluruh demi
menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat
sepanjang hayat.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah mendukung terwujudnya Best
Practice ini dari awal hingga selesai. Terlepas dari segala kelebihan dan
kekurangannya, semoga Best Practice ini dapat memberi kebermanfaatan bagi
tumbuhnya karya-karya yang lebih baik. Saran dan kritik yang konstruktif sangat
kami harapkan demi perbaikan selanjutnya. Terima kasih.
Penulis
Membaca
masih dianggap sebagai aktivitas yang membosankan. Kita menghadapi kenyataan
bahwa membaca belum menjadi budaya dalam masyarakat. Rendahnya minat baca
terasa begitu nyata dalam keseharian di sekolah. Hari-hari di sela-sela
kegiatan pembelajaran, baik guru maupun siswa lebih banyak dihabiskan untuk
sekadar mengobrol dan sibuk membuka gawai. Mengubah kebiasaan siswa maupun guru
untuk gemar membaca tidaklah mudah. Banyak kendala yang dihadapi baik dari
siswa itu sendiri, guru maupun keterbatasan sarana dan prasarana sekolah. Dalam
menghadapi tantangan yang ada, sekolah membuat program yang mendukung
terbentuknya budaya literasi diantaranya habituasi, motivasi, teladan, dan
Kerjasama. Beberapa produk literasi yang telah digulirkan SMPN 2 parongpong
diantaranya Readathon, Writethon, U-Tuber, D’Dors, 1001 Guruku, dan jalan
Bareng Dudu dan Popong. Mengubah sebuah perilaku menjadi kebiasaan yang positif
bukan suatu hal yang mudah, akan banyak tantangan yang dihadapi. Untuk itu
dibutuhkan perjuangan, kesabaran, keuletan, dan Kerjasama yang konsisten.
Kata
kunci : Habituasi, Motivasi, dan Literasi.
1.4. Manfaat bagi Sekolah, Pendidik,
dan Peserta Didik
2.2 Tujuan Gerakan Literasi
Sekolah
2.4. Strategi Menumbuhkan Gerakan
Literasi Sekolah
2.5 Perpustakaan sebagai Ujung
Tombak Literasi Sekolah
BAB III METODE DAN PEMECAHAN MASALAH
3.1 Melibatkan Pendidik dan Peserta Didik dalam Kegiatan
Literasi Sekolah (GLS)
3.2 Upaya yang dilakukan sekolah agar peserta didik memiliki
peningkatan dalam kegiatan literasi
3.3 Hasil yang sudah dicapai oleh
SMPN 2 Parongpong dalam Gerakan Literasi Sekolah
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional / Sisdiknas, Nomor 20 Tahun 2003 mengatur bahwa “Penyelenggaraan
Pendidikan yang ada di Indonesia harus dalam suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan (niat, hasrat) dan pengembangan kreativitas peserta didik
dalam proses pembelajaran melalui mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat dan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan”.
Membaca
merupakan fondasi dasar pendidikan bangsa. Hal ini akan menjadi penentu arah
kemana suatu bangsa akan dibawa. Akankah
mampu bertahan ataukah hilang terlindas roda zaman. Berdasarkan survei BPS
Tahun 2020, jumlah orang yang buta aksara di Indonesia tinggal 1.71 %
(Kompas.com, 06/09/2021). Artinya, lebih dari 90% penduduk Indonesia sudah
memiliki kemampuan membaca. Namun ironinya meningkatnya kemampuan membaca itu
tidak berbanding lurus dengan kegemaran membaca. Membaca masih dianggap sebagai
aktivitas biasa dan sesuatu yang membosankan.
Padahal membaca sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia khususnya para
pelajar untuk memperoleh pesan yang disampaikan orang lain. Sebagaimana yang
disampaikan Prof. Guntur Tarigan bahwa ”Membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau Bahasa tulis (Tarigan, 2015:7). Pendapat lain
menyatakan bahwa “Membaca adalah proses penalaran untuk memahami ide atau
pikiran yang terkandung dalam bahasa tulis”. {D.P. Tampubolon 1987 (Kompas.Com:
Jernih Melihat Dunia). Menyimpulkan kedua
pendapat di atas maka membaca adalah kegiatan mutlak untuk beroleh pengetahuan
dan mengembangkannya.
Kita menghadapi
suatu kenyataan bahwa membaca belum menjadi budaya dalam masyarakat. Menurut
data UNESCO, minat baca Indonesia hanya 0,0001%. Artinya, dari 1000 orang hanya
1 orang saja yang rajin membaca. Rendahnya minat membaca tersebut terasa begitu
nyata dalam keseharian di setiap lembaga pendidikan, khususnya sekolah. Setiap
hari di sela-sela
kegiatan pembelajaran, baik para pendidik maupun peserta didik lebih banyak
diisi dan dihabiskan hanya untuk sekedar mengobrol, bersenda gurau atau
bercengkrama serta membuka layar gawai. Jauh dari keinginan dan kepedulian
terhadap kegiatan membaca. Meskipun tidak sedikit banyak buku yang disuguhkan
berjejer di rak-rak ruang guru, dan di perpustakaan. Padahal, pada masa
kepemimpinan Menteri Muhajir Efendi telah dimulai sebuah gebrakan di bidang
literasi yaitu Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Siswa diwajibkan untuk membaca
sejumlah buku dengan harapan akan menjadikan habituasi membaca bagi siswa
bahkan hingga akhir hayatnya. Kebijakan ini disambut antusias oleh berbagai
institusi dan lembaga yang kemudian melahirkan kegiatan-kegiatan yang mendorong
terjadinya perubahan khususnya kemampuan berliterasi.
Demikian pula
pada pertengahan Tahun 2016, pemerintah Provinsi Jawa Barat meluncurkan sebuah
program unggulan dalam meningkatkan kegemaran membaca. Kegiatan ini dilakukan melalui pembiasaan
membaca bertajug WJLRC (West Java Leader’s
Reading Challenge). Program ini adalah sebuah tantangan dari Gubernur Jawa
Barat kepada seluruh peserta didik mulai kelas VII sampai dengan kelas IX. Hal
ini dilakukan untuk dapat menuntaskan membaca buku minimal 24 buku selama kurun
waktu 10 bulan. Dengan antusias, SMPN 2 Parongpong turut ambil bagian dalam
kegiatan ini dengan mengirimkan 10 orang peserta didik dan 2 orang pendidik
sebagai pembimbing. Keikutsertaan SMPN 2 Parongpong dalam kegiatan ini menjadi
sebuah langkah awal perjuangan sekolah untuk menumbuhkembangkan budaya literasi
yang berkelanjutan di lingkungan sekolah pada khususnya dan lingkungan
masyarakat pada umumnya.
Pada
pelaksanaannya, merubah kebiasaan peserta didik dan para pendidik untuk gemar
membaca tidaklah mudah. Banyak kendala yang dihadapi, yaitu peserta didik
memiliki motivasi yang rendah untuk membaca. Hal ini mungkin saja
disebabkan karena lingkungan yang tidak mendukung hadirnya budaya baca. Ditambah lagi minimnya kepemilikan buku-buku
non mata pelajaran di sekolah. Selain itu, para pendidik dan Tenaga
Kependidikan selama ini sering menganggap bahwa literasi hanya milik dari
guru-guru bahasa, akibatnya guru-guru mata pelajaran lainnya dan tenaga
kependidikan merasa kurang termotivasi dan kurang antusias untuk ikut
melaksanakan program-program literasi. Ditambah pula dengan berbagai kesibukan
dalam menyelesaikan administrasi serta tanggung jawab dalam kegiatan
pembelajaran yang sangat padat sering menjadi kendala.
Selain itu,
keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah utamanya sarana bangunan sekolah
sebagai tempat yang nyaman untuk membaca serta minimnya alat- alat IT sekolah,
sering menjadi kendala yang umum ditemui di sekolah-sekolah. Seperti halnya
juga kendala yang ditemui di SMPN 2 Parongpong. Misal terbatasnya sarana ruangan perpustakaan
karena dipakai sebagai ruang kepala sekolah dan guru serta staf administrasi.
Dengan tidak memiliki ruang perpustakaan yang representatif menyebabkan
kenyamanan dalam kegiatan membaca para pendidik dan peserta didik terganggu. Di samping
itu, jumlah buku non-pelajaran, seperti jumlah cerita yang berhubungan dengan
fiksi dan non fiksi masih kurang. Di samping itu, jumlah buku mata pelajaran
tidak seimbang dengan jumlah siswa. Dengan demikian, inilah tantangan yang
harus mampu dicari jalan keluar dan solusinya
oleh para pegiat literasi di
SMPN 2 Parongpong.
Bertolak dari latar belakang di atas, SMPN 2
Parongpong perlu melakukan dan mencari jalan keluar agar kendala tersebut
teratasi. Akhirnya, dengan berbagai
tantangan tersebut di atas, sekolah membuat program yang mendukung budaya
literasi agar warga sekolah menjadi orang-orang literat. Kondisi demikian
memerlukan diagnosis yang tepat agar mendapat solutif alternatif praktis yang
tepat sesuai harapan. Hal ini dilakukan
agar warga sekolah khususnya para pedidik dan peserta didik dapat mengetahui
jurus-jurus yang paling jitu untuk menjadi seorang literat. Diagnosis rendahnya
minat membaca sebagai usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan penyebabnya
serta mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhinya serta cara menerapkan dan
kemungkinan-kemungkinan mengatasinya. Maka SMPN 2 Parongpong melakukan “GAUNG
LITERASI “untuk meningkatkan budaya literasi sekolah. Di antaranya, Gaung
Literasi tersebut terdapat dalam perumusan masalah di bawah ini, yaitu
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Upaya
apakah yang perlu dilakukan sekolah agar peserta didik memiliki peningkatan dalam
kegiatan literasi sekolah?
2. Bagaimana
keterlibatan guru dalam mengembangkan kegiatan literasi sekolah?
3. Sarana
dan prasarana apakah yang dapat menunjang peningkatan daya dan kemampuan
literasi sekolah?
4. Bagaimana
solusi alternatif mengatasi permasalahan dalam menumbuhkan minat membaca
peserta didik?
Adapun tujuan
pembahasan dalam permasalahan ini adalah untuk meningkatkan kegiatan
literasi para peserta didik SMPN 2 Parongpong Kabupaten Bandung Barat, dengan
indikator sebagai berikut:
1. Peserta
didik SMPN 2 Parongpong dapat meningkatkan kegiatan literasi sekolah.
2. Para
pendidik SMPN 2 Parongpong terlibat dalam kegiatan literasi sekolah.
3. Sarana
dan prasarana SMPN 2 Parongpong dapat menunjang peningkatan daya dan kemampuan
literasi sekolah.
4. Terdapat
solusi alternatif mengatasi permasalahan dalam menumbuhkan minat literasi.
1.4. Manfaat bagi Sekolah, Pendidik,
dan Peserta Didik
Ada beberapa
manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan program literasi ini, antara lain:
1. Manfaat bagi sekolah
a. Sekolah dapat memiliki peserta
didik yang mampu meningkatkan kegiatan literasi yang akan dijadikan budaya bagi
sekolah
b. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan
karena diyakini peserta didik yang memiliki kemampuan berliterasi akan
berpengaruh terhadap hasil pembelajaran.
2. Manfaat bagi Pendidik
a. Para pendidik dapat memantau
kegiatan berliterasi peserta didik melalui proses pembelajaran dan mereka akan
lebih mudah pada saat memberi tugas untuk membaca referensi-referensi yang
berkaitan dengan pembelajaran.
b. Para pendidik akan lebih mudah
dalam meningkatkan kemampuan literasi peserta didiknya.
3. Manfaat bagi Peserta Didik
a. Para peserta didik akan memiliki
kebiasaan dalam berbagai kesempatan yang mereka miliki untuk selalu melakukan
kegiatan literasi.
b. Dengan banyak melakukan
literasi, peserta didik akan memiliki pengalaman, pengetahuan, dan wawasan yang
lebih luas.
KAJIAN TEORI
Kajian
pustaka yang penulis paparkan dalam Best Practice ini adalah: Perpustakaan
sebagai Gudang literasi sekolah, Pengertian Literasi Sekolah, tujuan literasi
sekolah, Manfaat Literasi
Sekolah, dan Strategi Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah.
Gerakan Literasi
Sekolah dikenal dalam proses pembelajaran di dunia pendidikan. Pembelajaran
literasi tertuju pada apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai subjek
yang menerima pelajaran, baik pendidik atau peserta didik. Dalam proses
pembelajaran, baik pendidik maupun peserta didik bersama-sama menjadi pelaku
gerakan literasi. Menurut Kementrian dan Kebudayaan (2016) pada buku panduan
Gerakan Literasi Sekolah menyatakan bahwa literasi adalah kemampuan mengakses, memahami,
dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain
membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara.
GLS menurut
Sutriantno, dkk (2016:2) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara
menyeluruh yang dilakukan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang warganya
literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata literasi adalah kemampuan dan keterampilan
individu dalam berbahasa yang meliputi membaca, menulis, berbicara, menghitung
dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari. Literasi berhubungan dengan kata berbahasa. (kbbi.kedikbud.go.id).
Pengertian Literasi Menurut Para Ahli dan
Organisasi Dunia:
1. Menurut Elizabeth Sulzby
Literasi menurut
Elizabeth Sulzby adalah kemampuan seseorang dalam berbahasa dan berkomunikasi.
Dimana orang tersebut tidak hanya memiliki kemampuan membaca saja. Tetapi juga
memiliki kemampuan menyimak, berbicara serta menulis.
Dari apa yang
disampaikan oleh Elizabeth di atas menunjukan bahwa literasi sebagai faktor
utama agar seseorang bisa berkembang dan melek ilmu pengetahuan lewat membaca.
Setidaknya pula, lewat membaca mengantarkan individu tersebut memiliki
keterampilan lain selain pengetahuan. Misalnya memiliki keterampilan lain
dibidang yang telah mereka baca atau semacamnya. (httpsbarki.uma.ac.id>2021/12/08).
2. Menurut Harvey J. Graff
Menurut Harvey
J. Graff, literasi adalah kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis.
Setidaknya dengan dua hal ini masyarakat menjadi lebih melek ilmu pengetahuan.
Pengetahuan yang didapatkan dari membaca inilah yang juga bisa mengasah
keterampilan berkomunikasi dengan baik. Serta meningkatkan mutu kehidupan
karena memiliki keterampilan tambahan lain. Misalnya terampil menulis buku dan
mendapatkan royalti atau semacamnya.
3. Pengertian Literasi Menurut Jack
Goody
Jack Goody
mengartikan literasi sebagai kemampuan individu dalam membaca dan menulis.
Literasi sangat penting karena mampu menentukan poin kredit sebuah negara. Sebut
saja Negara-negara seperti Jepang, Eropa dan Amerika. Masyarakatnya memiliki
kesadaran tinggi akan literasi. Jauh berbeda dengan Indonesia yang kesadaran
literasi masih sangat rendah. Secara umum, disini kita bisa melihat bahwa negara
yang memiliki kesadaran dan pengertian literasi dengan baik lebih mudah diajak
untuk memajukan negaranya. Terbukti negara-negara tersebut pun juga berkembang
pesat dari banyak sektor.
4. Menurut Kamus Online Merriam
Webster
Menurut kamus online Merriam Webster literasi
adalah kemampuan melek aksara pada individu. Dimana melek aksara ini tidak
hanya diartikan sebagai melek aksara dalam arti sebenarnya, misalnya membaca
buku dan semacamnya. Tetapi termasuk juga kemampuan membaca dan memahami
ide-ide secara visual. (https/barki.uma.ac.id>2021/12/08.
Karena itu, menurut Wells (2015:43) literasi didefinisikan
sebagai kemampuan untuk menggunakan bahasa dan gambar dalam bentuk
yang kaya dan beragam untuk membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, melihat,
menyajikan, dan berpikir kritis tentang ide-ide.
Dari beberapa
pendapat di atas, penulis berkesimpulan bahwa gerakan literasi sekolah adalah
suatu aktivitas atau kegiatan
seseorang dalam rangka mengapresiasi bentuk-bentuk ragam karya seseorang
melalui aspek keterampilan berbahasa budaya dan mendalam. Oleh karena itu
literasi lebih sesuai diartikan sebagai keberaksaraan.
2.2
Tujuan Gerakan Literasi Sekolah
Beberapa
penulis, menyatakan bahwa tujuan umum gerakan literasi sekolah yaitu untuk
menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem
literasi sekolah. Hal ini diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka
menjadi pembelajar sepanjang hayat. Selain itu ada pula tujuan khusus gerakan
literasi sekolah diantaranya:
1. Menumbuh kembangkan budaya
literasi di sekolah.
2. Meningkatkan kapasitas warga dan
lingkungan sekolah agar literat.
3. Menjadikan sekolah sebagai taman
belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola
pengetahuan.
4. Menjaga keberlanjutan
pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai
strategi membaca.
Setelah
kita memahami manfaat Perpustakaan Sekolah, pengertian dan tujuan literasi,
sekarang kita akan membahas manfaat literasi. Ada beberapa manfaat literasi,
khususnya bagi pendidik dan peserta didik, di antaranya menurut Fahri Abdillah,
2022 Jurnal, adalah:
1. Memperkaya
kosa kata.
2. Memperluas
wawasan dan pengetahuan
3. Membantu
berfikir kritis untuk membantu
dalam mengambil keputusan,
4. Membuat
otak bekerja lebih optimal,
5. Mengasah
kemampuan dalam menangkap dan memahami informasi dari bacaan.
6. Mengasah
kemampuan menulis dan merangkaikata dengan lebih baik.
7. Melatih
konsentrasi dan fokus.
8. Mengembangkan
kemampuan verbal.
9. Meningkatkan
kepekaan terhadap informasi yang ada di platform media terutama digital.
10. Meningkatkan
kreativitas dalam memilih dan menyusun kata.
2.4. Strategi Menumbuhkan
Gerakan Literasi Sekolah
Di bawah ini
ada beberapa cara untuk meningkatkan minat baca siswa:
1. Rutin membaca
Agar kemampuan
literasi siswa bisa benar-benar meningkat, buatlah program khusus membaca yang
dilakukan setiap hari. Seperti membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.
2. Membacakan dongeng
Membacakan
dongeng kepada siswa sebelum pembelajarn dimulai juga bisa menjadikan siswa
suka membaca. Mendengarkan cerita membuat siswa jadi tertarik untuk membaca
sendiri.
3. Diskusi
soal buku cerita yang dibaca
Kegiatan
mendiskusikan buku yang telah dibaca dapat menumbuhkan minat baca siswa. Siswa
jadi tertarik mengetahui isi cerita tersebut. Keseruan mendiskusikan sebuah
buku yang sudah dibaca bersama akan membuat siswa jadi suka membaca. Ini bisa
dilakukan setiap akhir pekan.
4.
Perpustakaan Kelas
Buku-buku cerita
anak yang mudah diakses siswa juga bisa membuat minat baca meningkat. Membuat
perpustakaan mini dikelas menjadikan siswa
terbiasa ada di lingkungan
buku-buku. Hal ini meningkatkan rasa keingintahuan siswa.
5. Penghargaan
Baca Buku
Pemberian
penghargaan bagi siswa yang rajin membaca buku, merupakan bentuk lain cara
meningkatkan minat baca siswa. Misalnya saja bagi siswa yang telah membaca buku
sebanyak dua buku dalam seminggu mendapat kupon peralatan tulis gratis dari
koperasi sekolah. Hal ini akan memotivasi siswa untuk membaca.
6. Rajin
Menulis
Kemampuan
menulis merupakan kemampuan literasi yang diperoleh karena pengalaman membaca.
Bila siswa terbiasa membaca, maka siswa akan bisa menulis. Menulis hal-hal
sederhana yang dilakukan siswa sehari-hari atau belajar menuliskan kembali buku
yang telah dibacanya dengan bahasa sederhana mereka. Kemampuan menulis bisa
dikembangkan lewat latihan-latihan yang diberikan guru setiap hari.
7. Pemanfaatan
Teknologi
Pada saat ini
teknologi dan internet sudah menjadi hal lumrah bagi generasi di era 4.0.
Perpustakaan digital bisa dijadikan alternatif lain untuk meningkatkan kemampuan
literasi siswa. Siswa lebih mudah mencari buku-buku baca lewat perpustakaan
digital. Bila tidak ada perpustakaan digital, guru bisa mengembangkan lewat
materi-materi pembelajaran yang dicari lewat gawai. (Source:
sekolahdasar.net)
2.5
Perpustakaan sebagai Ujung Tombak Literasi Sekolah
Sebagaimana kita tahu bahwa perpustakaan
sebagai gudang ilmu pengetahuan dan literasi. Di perpustakanlah kita memperoleh
berbagai informasi penting dari berbagai buku. Sebagaimana disampaikan
bnewsmedia.id,2021 bahwa” Perpustakaan adalah sebuah tempat dimana di dalamnya
terdapat koleksi buku dan majalah.” Menurut Undang- Undang Perpustakaan pada
Bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa perpustakaan adalah institusi yang mengumpulkan
pengetahuan tercetak dan terekam, mengolahnya dengan cara khusus guna memenuhi
kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara interaksi
pengetahuan.
Perpustakaan dijadikan sebagai sumber
ilmu pengetahuan dan sumber informasi bagi semua orang, baik masyarakat,
mahasiswa, maupun siswa sekolah. Perpustakaan berfungsi sebagai salah satu faktor
yang mempercepat proses transfer ilmu. Bagaimana tidak, di perpustakaan sudah
pasti menyediakan berbagai macam buku dan rekaman yang bisa digunakan oleh
semua kalangan, misalnya buku pengetahuan, buku observasi, buku pembelajaran,
buku cerita dan masih banyak lagi jenis buku lainnya.” Perpustakaan dikatakan
sebagai gudang ilmu, karena perpustakaan berperan penting dalam memberikan
kecerdasan untuk anak bangsa. Dengan adanya perpustakaan, kita harus
meningkatkan minat baca anak. Untuk itu, diperlukan gerakan literasi untuk mengaktualisasikan
minat baca anak. Dengan literasi tersebut, perpustakaanlah yang mendukung gerakan
literasi dengan cara menyediakan berbagai macam bacaan yang menarik bagi siswa
sehingga mampu menumbuhkan minat baca yang bagus. Dengan mengunjungi
perpustakaan, bisa menguasai ilmu pengetahuan dan bisa mencari berbagai macam
ilmu.” (Maulina Arinda.2021: Email: arindamaulina8@gmail.com).
Bertolak dari beberapa pendapat di
atas, penulis berkesimpulan bahwa perpustakaan sekolah sangat penting sebagai
ujung tombak terciptanya literasi sekolah. Perpustakaan sebagai tempat untuk
memperoleh dan menambah wawasan, ilmu pengetahuan, dan berbagai pengalaman para
penulisnya. Dengan demikian peran perpustakaan dalam meningkatkan budaya
literasi sekolah sangat penting untuk memperoleh berbagai informasi penting
sehingga para siswa lebih kreatif dan inovatif.
METODE DAN PEMECAHAN
MASALAH
Dalam
karya Best Practice ini, penulis mencoba mengetengahkan berbagai masalah yang
dihadapi SMPN 2 Parongpong. Untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
peningkatan minat kualitas baca peserta didik dan para pendidik dalam Gerakan
Literasi Sekolah, maka sekolah melakukan berbagai upaya dan ikhtiar, yaitu
3.1 Melibatkan
Pendidik dan Peserta Didik dalam Kegiatan Literasi Sekolah (GLS)
Dengan
mengacu kepada Kurikulum 13 dan Kurikulum Merdeka Belajar maka kurikulum
tersebut menempatkan peserta didik sebagai sumber pembelajaran dan guru sebagai
fasilitator. Dengan demikian, kegiatan literasi di SMPN 2 Parongpong tidak lagi
berfokus kepada peserta didik semata. Selain sebagai fasilitator, guru juga
sebagai subjek pembelajar. Guru sebagai pemangku kebijakan selalu berupaya
menjadi fasilitator yang berkualitas. Semua guru di SMPN 2 Parongpong harus
menjadi figur teladan literasi di sekolanya dengan melakukan berbagai upaya
sebagai berikut:
1. Memberikan Teladan
Memberikan
contoh merupakan cara terbaik dalam proses pendidikan, tak terkecuali dalam
bidang literasi.
Setiap guru harus mampu memberikan contoh yang baik kepada siswanya bagaimana
agar siswanya gemar membaca, gemar menulis, gemar menyimak, dan gemar
berbicara. Adapun beberapa upaya
yang dilakukan SMPN 2 Parongpong agar para guru dan siswanya menjadi literat yang
sejati yaitu:
a.
Presentasi
reviu. Guru sebagai pendidik tentu saja harus
menjadi yang pertama memiliki kegemaran membaca dan menulis sebelum dapat
menularkannya kepada peserta didik. Kepala Sekolah dan para pendidik
menyampaikan reviu buku yang telah dibaca. Setiap satu pekan sekali setelah kegiatan
upacara para pendidik secara bergiliran
akan mempresentasikan buku yang telah dibacanya beserta dengan hikmahnya. Lalu
informasi hasil reviu guru dipajang di
mading sekolah. Hal ini, dapat menjadi contoh teladan bagi para peserta didik
di sekolah.
b. Kegiatan literasi khas sekolah bernama Writethone.
Kepala sekolah, guru, tenaga pendidik dan siswa secara bersama melakukan
kegiatan menulis, baik itu berupa pantun, ataupun puisi yang kemudian setiap
perwakilan peserta didik dari setiap kelas dan pendidiknya membacakan hasil
tulisannya.
c. Kegiatan
Readathon. Kegiatan ini adalah membaca bersama-sama dalam kurun waktu yang
telah ditentukan. Setelah selesai membaca, siswa menyampaikan hasil bacaannya.
Kegiatan ini bukan hanya membangun kebiasaan membaca tapi juga dan menumbuhkan
kepercayaan diri siswa berbicara di depan orang banyak.
2. Memberikan Motivasi.
Motivasi menjadi hal yang penting.
Tanpa motivasi maka program sebaik apapun tidak akan dapat dijalankan secara
maksimal. Untuk itulah, perlu dilakukan motivasi secara terus-menerus agar
semangat dalam berliterasi tetap terjaga. Kegiatan yang mendukung motivasi ini
adalah:
a. Mengikutsertakan
siswa dan guru dalam berbagai kegiatan seminar literasi, khususnya mengenai
literasi digital. Di mana
diketahui bahwa pada masa industri 4.0 ini, kemampuan digital sangat dibutuhkan
terutama dalam penyampaian informasi dari jejaring internet yang sangat rentan
terjadinya penyalahgunaan maupun informasi yang salah (hoax).
b. Mengikutsertakan
guru dan siswa dalam pelatihan menulis. Kegiatan literasi bukan hanya berkaitan
dengan membaca saja, namun juga kemampuan menerjemahkan apa yang dibaca maupun
apa yang difikirkan menjadi sebuah tulisan. Oleh Karena itu diperlukan
pelatihan khusus untuk menumbuhkembangkan kemampuan tersebut. Jika guru sudah
memiliki kematangan dalam menulis, tentu akan menjadi lebih mudah untuk
mentransferkan kemampuan tersebut kepada peserta didiknya, minimal kepada
peserta didik yang
tergabung dalam kegiatan tantangan literasi
c. Memberikan
penghargaan kepada siswa maupun guru yang memiliki prestasi dalam bidang
literasi. Sekolah memberikan apresiasi terhadap pencapaian yang didapatkan oleh
guru dan siswa sehingga memberikan motivasi tidak hanya untuk yang bersangkutan
tetapi juga untuk siswa yang lainnya.
3. Kerjasama dan kekompakan
Suatu program dapat terlaksana dan sukses ditentukan oleh
kondusifitas lingkungan sehingga terjalin kerjasama dan kekompakan, untuk
itulah SMPN 2 Parangpong melakukan:
1. Komunikasi
secara intens dengan komite sekolah dan alumni sehingga mereka dapat turut
andil khususnya dalam menanggulangi keterabatasan sarana dan prasarana di
sekolah. Sebagai contoh orang tua siswa dan alumni memberikan bantuan buku-buku
bacaan yang layak dibaca oleh siswa sekolah menengah. Orang tua siswa, melalui
paguyuban juga dilibatkan secara aktif untuk menyemarakkan kelas dengan
pembuatan pohon geulis atau diorama dunia baca, juga pojok-pojok baca di
sekolah.
2. Pembentukan
tim literasi lintas bidang studi. Selama ini ada anggapan bahwa literasi hanya
monopoli dari guru rumpun bahasa, sehingga dibutuhkan paradigma baru bahwa
kemampuan literasi merupakan tanggungjawab semua guru mata pelajaran. Terlebih
pada saat ini, dimana pemerintah menghapuskan sistem Ujian Nasional dan diganti
dengan AKM yang pada dasarnya menguji kemampuan literasi baca dan numerasi. Tim
GLS SMPN 2 Parongpong terdiri dari guru mapel rumpun bahasa, IPS, IPA, Seni, PKn dan Matematika sehingga dapat memperkaya keberagaman dasar pengetahuan
berliterasi dalam berbagai mata pelajaran.
3. Setelah
melewati berbagai tantangan dan juga program literasi, lahirlah beberapa produk
literasi SMPN 2 Parongpong. Di antaranya adalah:
a. Writethon
Adalah sebuah program literasi untuk
membangun dan meningkatkan kemampuan menulis siswa dan guru SMPN 2 Parongpong.
Teknisnya serupa dengan readathon. Guru dan siswa menulis sebuah tulisan dengan
jenis dan tema yang telah ditentukan. Penulisan dilakukan secara serentak
dengan durasi waktu yang telah ditentukan juga.
b. U-tuber
(Uniknya Tulisan Berantai)
Produk ini adalah pengembangan dari
writethon namun dilakukan secara berkelompok. Di awal, semua anggota kelompok
mendiskusikan terlebih dahulu benang merah dari cerita yang akan dikembangkan.
Anggota kelompok yang pertama betugas membuat awal cerita. Anggota selanjutnya
melanjutkan cerita yang telah diawali oleh anggota pertama. Dan begitu
selanjutnya hingga cerita selesai. Projek U-tuber menuntut kerja sama dan
pengembangan imajinasi sebagai salah satu modal dasar menulis. Projek ini telah
melahirkan beberapa tulisan cerita yang salah satunya berjudul Legenda Cibadak
yang menceritakan legenda terciptanya daerah Cibadak di mana SMPN 2 Parongpong
berdiri.
c. D’Dors
(Di Dupong Ngabodor)
Ini adalah produk baru dari literasi
digital Dupong. Ini adalah konten You tube Dupong dengan konsep sketsa-sketsa
lucu berbahasa Sunda yang diperankan oleh guru dan siswa Dupong. Konten ini
diluncurkan di channel you tube Dupong Bersinar. Sehingga dapat dinikmati
secara luas baik oleh warga sekolah maupun umum. Video-videonya berkelanjutan
sehingga viewer dapat menikmati terus konten-kontennya. Produk ini jelas
menggali bakat dan minat berbagai pihak di sekolah untuk berkolaborasi
menghasilkan tayangan. Tayangan-tayangannya juga akan memberikan motivasi bagi
siswa lain untuk bisa berkarya baik secara kelompok maupun perseorangan, baik
di sekolah maupun mandiri.
d. 1001
Guruku
Produk in adalah yang terbaru. Sama
halnya dengan D’TenDors, 1001 Guruku adalah konten You Tube yang menceritakan
berbagai karakter guru dengan gaya yang menghibur berbentuk parodi maupun
informatif, seperti Sehat Bersama Bu Iis, yaitu konten kesehatan yang dibawkan
oleh Bu Iis, salah seorang guru yang juga pemerhati nutrisi.
e. Jalan
Bareng Dudu dan Popong
Konten ini berisi perjalan Dudu dan
Popong Bersama para sahabatnya ke berbagai tempat menarik di sekitar sekolah
untuk dijadikan bahan sumber belajar selain di sekolah. Contohnya di video berjudul
“Seni Pencak Silat Paguron Domas Geger Hanjuang”. Konten semacam ini akan
memberikan banyak manfaat bagi siswa. Mereka belajar aktif di masyarakat, juga
membangun kepercayaan diri.
3.2
Upaya
yang dilakukan sekolah agar peserta didik memiliki peningkatan dalam kegiatan
literasi
Bertolak
dari latar belakang dalam pendahuluan dan landasan teori di atas, SMPN 2
Parongpong perlu melakukan dan mencari jalan keluar atau upaya yang dilakukan
agar peserta didik mengalami peningkatan dalam kegiatan literasi. Akhirnya,
dengan berbagai tantangan tersebut di atas, sekolah membuat program yang
mendukung terbentuknya budaya literasii sebagai Program Unggulan SMPN 2
Parongpong, yaitu:
1. Habituasi. Maksudnya, merubah
suatu prilaku agar menjadi karakter seseorang. Tentunya, tidak bisa dilakukan
dalam waktu yang sekejap dan sesingkat mungkin. Perlu waktu dan proses
pembiasaan dengan waktu yang lama. Oleh sebab itu, SMP Negeri 2 Parongpong
membuat program unggulan untuk mendukung hal tersebut.
2. Mewajibkan siswa untuk membaca
minimal 3 buah buku dalam satu semester.
Hal ini dilakukan dan dibuktikan dengan penulisan Reviu Buku serta
Diorama Dunia Baca sebagai salah satu syarat siswa untuk dapat mengikuti
Penilaian Akhir Semester (PAS).
3. Secara konsisten sekolah
mengikuti kegiatan- kegiatan bertajug literasi, seperti TMBB dan GLN Gareulis
Jawa Barat, agar siswa dan guru yang mengikuti kegiatan tersebut memiliki
target yang terstruktur.
4. Selain kegiatan-kegiatan di
atas, sekolah melaksanakan pula perlombaan-perlombanan bernafaskan literasi
baik untuk peserta didik maupun para pendidik di tingkat sekolah maupun luar
sekolah. Contoh kegiatan perlombaan tersebut, seperti lomba menulis puisi,
lomba menulis pantun dan menulis cerpen, serta lomba membuat diorama kelas yang
dibimbing oleh wali kelas dan orang tua peserta didik.
3.3
Hasil yang sudah dicapai oleh SMPN 2 Parongpong dalam Gerakan Literasi Sekolah
Program literasi di SMPN 2
Parongpong yang sudah berjalan hampir 5 tahun, sedikit banyaknya telah membuahkan
hasil yang memuaskan Hal ini tergambar dari beberapa prestasi yang diraih oleh
sekolah, di antaranya:
1. SMPN
2 Parongpong mendapatkan 4 medali untuk siswa dan 2 medali untuk guru yang
berhasil menuntaskan tantangan membaca dari gubernur dalam program WJLRC. Selain
itu, mengikuti kegiatan jambore literasi tingkat provinsi di Kiara Payung.
2. Selama
3 tahun berturut-turut menjadi sekolah inspiratif literasi tingkat KBB.
3. Siswa
SMPN 2 Parongpong atas nama Devita Putri Nandini menjadi siswa dengan jumlah baca
buku terbanyak. Pada tahun 2019, ia mampu membaca 230 buku dalam 7 bulan
tantangan dan pada tahun berikutnya mampu menyelesaikan lebih banyak buku yaitu
325 buku.
4. Guru
SMPN 2 Parongpong atas nama Dra Kristiani Prihatiningsih menjadi guru motivator
tingkat nasional serta karya puisinya terpilih sebagai pemenang SELEKSI
NASIONAL CIPTA PUISI 2021 dan hasil karyanya diterbitkan dalam kumpulan puisi
terbaik berjudul “Seribu Bait Cinta Sang Guru.”
5. SMPN
2 Parongpong dapat menghasilkan 6 Karya Antologi dan 2 draf buku yang merupakan
hasil karya seluruh warga dupong, yaitu
a. Buku
Antologi Puisi berjudul Daras Hati
b. Buku
Antologi Pantun berjudul Pena Bertuah
c. Buku
Antologi Cerpen berjudul Lentera Literasi
d. Buku
Antologi Artikel berjudul Senarai Asa Kala Pandemi.
e. Buku
Antologi Artikel berjudul Guru Inspiratif Kala Pandemi
f. Buku
Antolog Puisi Kedua berjudul Daras Hati Kedua
6. Literasi
yang dijalankan oleh SMPN 2 Parongpong juga telah menunjukan hasil nyata bagi
seorang siswa. Siswa tersebut cukup
rajin dan aktif di kelasnya namun seringkali mendadak pingsan tak sadarkan diri
bahkan ada kalanya tiba-tiba menangis histeris. Hingga akhirnya terpilihlah siswa tersebut menjadi peserta TMBB. Padatnya kegiatan
sekolah ditambah membaca buku membuatnya teralihkan dari kekosongan pikiran.
Tidak pernah sekali pun dirinya pingsan lagi setelah itu.
7. SMPN
2 Parongpong mendapat anugerah menjadi Sekolah Inspiratif peringkat 1 dalam
kehiatan GLN-GAREULIS tingkat Provinsi Jawa Barat.
8. SMPN
2 Parongpong mendapatkan predikat Galeri Terbaik tingkat Provinsi dalam kegiatn
GLN-GAREULIS JABAR.
3.4
Cara
Meningkatkan Jumlah Buku Bacaan untuk Kegiatan Gerakan Literasi Sekolah di SMPN
2 Parongpong
Beberapa
kegiatan yang dapat meningkatkan jumlah buku bacaan untuk mendukung kegiatan
literasi di SMPN 2 Parongpong sebagai berikut:
Tahap Persiapan
1. Melengkapi
Buku Fiksi (Novel, Novel Terjemahan, Cerpen, Dongeng, Cerita ber gambar, Roman, yang
sifatnya mendidik) dan Buku Non Fiksi ( Ilmu Pengetahuan Populer, Buku Biografi
atau Auto Biografi, Buku- buku Motivasi, Buku-buku Artikel, karya-karya Ilmiah)
yang mendidik dan menggunakan Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Sunda, dan berbahasa Inggris. Namun bukan Buku Paket
atau Buku Mata Pelajaran.
2. Penataan
Perpustakaan sebagai gudang buku-buku literasi, antara lain di ruangan
perpustakaan, di ruang guru berupa Pojok Literasi, di Ruangan Kepala
Sekolah berupa Sudut Literasi, dll
3. Penambahan
koleksi-perpustakaan melalui kegiatan pengadaan dari anggaran yang relevan, khususnya
Anggaran Bos.
4. Sosialisasi
Program Gerakan Literasi Sekolah atau Gerakan Literasi Nasional.
5. Pembentukan
Tim Kerja sebagai pengurus Gerakan Literasi Sekolah atau Gerakan Literasi
Nasional.
Tahap Pelaksanaan
1. Hibah
Buku, Sekolah menerima sumbangan wakaf buku dari berbagai pihak dengan
kriteria: Tema buku berada dalam koridur keilmuan, ilmu sejarah, dan ilmu-ilmu
lain yang relevan. Buku dalam kondisi lengkap. Buku dalam kondisi baik dan
dapat dibaca. Pemberi hibah adalah pemilik langsung atau memiliki persetujuan
pemilik buku tersebut. Terakhir, pemberi hibah jelas agar buku-buku yang
dihibahkan dapat dipertanggungjawabkan serta sebaiknya buku yang dihibahkan
dibubuhi cap penunjuk identitas pemberi
buku.
2. Pengajuan
bantuan buku ke Perpustakaan Nasional dengan cara mengajukan permohonan dengan
mengajukan surat resmi yang ditujukan kepada Kepala Perpustakaan Nasional
melalui Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca.
Dengan menghubungi Sekretariat Pusat dengan alamat lengkap “Sekretariat Utama
Perpustakaan Nasional, DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN BAHAN PUSTAKA DAN JASA INFORMASI ,
JL. SALEMBA RAYA 28 A, JAKARTA PUSAT, TLP.021-3922669, 3922749, 3922855, 3923116 (
OPERATOR) FAKS: 021-3103554. Selain itu,
bisa juga menghubungi langsung pihak Perpustakaan Nasional melalui Website
resminya di sini: PERPUSTAKAAN NASIONAL, JL. SALEMBA RAYA, NO.28A, WA/SMS
085717147303, EMAIL; info@perpusnas.go.id
3. Adanya
Pojok-pojok Baca Kelas atau Saung- saung Baca. Setiap buku yang akan dibaca
mulai disebarkan melalui pojok-pojok baca di setiap ruang kelas atau bisa
melalui pojok baca dingding kelas. Pustakawati yang mengatur sirkulasi pembaruan
bukunya. Hal ini mempermudah mengambil buku yang akan dibaca.
4. KERJADESBUKLIT
(Kerja Sama Desa Buku Literasi), maksudnya mendatangi Kepala Desa setempat
untuk mendapatkan pinjaman Buku Perpustakaan Desa. Hasilnya, sekolah mendapat
pinjaman sebanyak 200 buku bacaan per semester.
5. SUMBUKLUMNI
(Sumbangan Buku Alumni), maksudnya mengajak dan melibatkan ALUMNI untuk
menyumbang satu buku bacaan dengan judul bebas sebelum mereka lulus. Kemudian ditampung
oleh wali kelas, dan diserahkan ke perpustakaan sekolah untuk
diadministrasikan.
6. MENGDANBOSBUK
(Menganggarkan Dana Bos Buku), maksudnya, sekolah sudah menganggarkan dana bos
untuk pembelian buku setiap tahun. Buku-buku tersebut bisa berbentuk Buku Fiksi
atau buku Paket, dan Buku Mata Pelajaran. Setiap peserta didik harus memiliki semua
buku paket atau Buku Mata Pelajaran yang berbanding 1:1. Semua buku Paket
dipinjamkan kepada peserta didik setiap semester, yang kemudian jika sudah
selesai akhir semester, diserahkan kembali ke sekolah.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bagian
terdahulu, dapatlah penulis simpulkan bahwa
1. Membaca merupakan pondasi
kehidupan. Hal ini akan menjadi penentu arah kemana suatu bangsa akan dibawa.
Membaca sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia khususnya bagi peserta didik
untuk memperoleh pesan yang disampaikan.
2. Setiap program pasti memiliki tantangannya
sendiri, namun tantangan tersebut dapat terlaksana bila terdapat perencanaan
yang tepat serta kerjasama yang solid dari seluruh unsur.
3. Beberapa pencapain dalam bidang
literasi sudah didapatkan oleh SMPN 2 Parongpong, namun itu bukan berarti
perjuangan membumikan literasi harus berhenti, karena sejatinya keberhasilan
literasi bukanlah dari berjejernya penghargaan dan tropi tapi seberapa besar
kita dapat memaknai kehidupan melalui apa yang tesirat dan apa yang tersurat.
Dalam penulisan Best Practice ini, penulis
akan menyampaikan samran-saran sebagai berikut:
1. Untuk merubah sebuah perilaku
menjadi kebiasaan yang baik pasti tidak akan mudah, akan banyak tantangan dan
hambatan yang dihadapi. Untuk itulah dibutuhkan perjuangan, kesabaran, keuletan
kerjasama, dan program yang secara konsisten dijalankan.
2. Dalam usaha melaksanakan gerakan
literasi sekolah ini, diharapkan pendidik mampu menjadi salah satu sumbangsih
SMPN 2 Parongpong untuk menghadirkan peserta didik yang memiliki wawasan luas,
berpikir logis dan kritis, serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Peserta didik pun dapat menularkan habituasi literasinya
yang telah baik kepada rekan-rekannya sehingga tercipta lingkungan yang kental
nuansa literasinya sampai pada akhirnya tujuan berliterasi terwujud.
3. Sebaiknya pendidik dan peserta didik
dapat menghasilkan sebuah karya sendiri sehingga hasil karya tersebut dapat
menambah pengalaman, pengetahuan, dan wawasan baik bagi para pendidik maupun
peserta didik. Tujuan akhirnya, peserta
didik beroleh pengetahuan dan pengalaman yang luas sehingga akan berpengaruh
pada masa depan bangsa ke arah yang jauh lebih baik. Generasi penerus sebagai
calon-calon generasi bangsa di masa depan akan membawa negeri ini menjadi
negeri yang baldatun toyyibatun wa robbun
ghofur, yakni negeri yangmengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya.
4. Sekolah membuka
ekstrakurikuler terkait pengembangan minat dan kemampuan literasi peserta didik
seperti ektrakurikuler menulis, drama. Atau membentuk majalah sekolah atau
kanal You Tube dengan para peserta didik sebagai konten kreatornya.
Tarigaan, Guntur. (1987)
Teknik Keterampilan Berbahasa.
Kompas.com: Jernih Melihat Dunia.
BPS, SURVEI, (2020)
Hasil Survei BPS Tahun 2020. Kompas.com: Jernih Melihat Dunia.
Tampubolon, D.P. (1987) Membaca
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Kompas.com: Jernih Melihat Dunia.
UNESCO. Artikel
DJKN.Membaca To Kill Time To Full Time. Djkn: KPKNLPadang.
KBBI.
Lerner. (1988)
https//barki.uma.ac.id: 2021/12/08.
Pengertian Literasi Menurut Beberapa Para ahli. Barki Uma Ac.id:
Es Sari. (2017) Journal.uny.ac.id. Budaya
Literasi di Kalangan Mahasiswa: https//journal.uni.ac.litera:PDF
Orbita, A. (n.d.). Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Siswa. Gurusiana.
https://gurusiana.id/read/arbanurorbita/article/strategi-meningkatkan-kemampuan-literasi-siswa-4880656
Posting Komentar untuk "Best Practices SMPN 2 Parongpong"