Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Best Practices SMPN 2 Parongpong

 

UPAYA MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI

DILINGKUNGAN SEKOLAH

SEBAGAI PEMENUHAN

TANTANGAN MEMBACA BANDUNG BARAT

DI SMP NEGERI 2 PARONGPONG

 

 BEST PRACTICE

 

 


  

DISUSUN OLEH

TIM TANTANGAN MEMBACA BANDUNG BARAT (TMBB)

SMP NEGERI 2 PARONGPONG

KABUPATEN BANDUNG BARAT

2023


HALAMAN PENGESAHAN

 

Naskah Laporan Best Practice:

 

Judul                           : UPAYA MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI DI

  LINGKUNGAN SEKOLAH

 

Disusun oleh               : Tim Tantangan Membaca Bandung Barat (TMBB)

 SMP Negeri 2 Parongpong

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Disahkan oleh

Bandung Barat, 10 Maret 2023

 

 

 

 

 

 

 

Dra. Hj. Yeti Resmiati, MM

NIP. 196306041988032011

 

 

 


 

KATA PENGANTAR

 

Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan Best Practice yang berjudul “Upaya Menumbuhkan Budaya Literasi di Lingkungan Sekolah” dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Best Practice ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi serta gambaran mengenai Gerakan Literasi Sekolah yang telah dilaksanakan di SMPN 2 Parongpong yang dilakukan secara menyeluruh demi menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat.

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah mendukung terwujudnya Best Practice ini dari awal hingga selesai. Terlepas dari segala kelebihan dan kekurangannya, semoga Best Practice ini dapat memberi kebermanfaatan bagi tumbuhnya karya-karya yang lebih baik. Saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan selanjutnya. Terima kasih.

 

 

                                                                                                                        Penulis

 

 

 

 

 

 


 

ABSTRAK

 

Membaca masih dianggap sebagai aktivitas yang membosankan. Kita menghadapi kenyataan bahwa membaca belum menjadi budaya dalam masyarakat. Rendahnya minat baca terasa begitu nyata dalam keseharian di sekolah. Hari-hari di sela-sela kegiatan pembelajaran, baik guru maupun siswa lebih banyak dihabiskan untuk sekadar mengobrol dan sibuk membuka gawai. Mengubah kebiasaan siswa maupun guru untuk gemar membaca tidaklah mudah. Banyak kendala yang dihadapi baik dari siswa itu sendiri, guru maupun keterbatasan sarana dan prasarana sekolah. Dalam menghadapi tantangan yang ada, sekolah membuat program yang mendukung terbentuknya budaya literasi diantaranya habituasi, motivasi, teladan, dan Kerjasama. Beberapa produk literasi yang telah digulirkan SMPN 2 parongpong diantaranya Readathon, Writethon, U-Tuber, D’Dors, 1001 Guruku, dan jalan Bareng Dudu dan Popong. Mengubah sebuah perilaku menjadi kebiasaan yang positif bukan suatu hal yang mudah, akan banyak tantangan yang dihadapi. Untuk itu dibutuhkan perjuangan, kesabaran, keuletan, dan Kerjasama yang konsisten.

 

Kata kunci : Habituasi, Motivasi, dan Literasi.

 

 

 


 

DAFTAR ISI

 

HALAMAN PENGESAHAN.. i

KATA PENGANTAR.. ii

ABSTRAK.. iii

DAFTAR ISI. iv

BAB I PENDAHULUAN.. 1

1.1 Latar Belakang. 1

1.2 Perumusan Masalah. 3

1.3 Tujuan Pembahasan. 4

1.4. Manfaat bagi Sekolah, Pendidik, dan Peserta Didik. 4

BAB II KAJIAN TEORI. 6

2.1 Definisi Literasi Sekolah. 6

2.2 Tujuan Gerakan Literasi Sekolah. 7

2.3 Manfaat Literasi Sekolah. 8

2.4. Strategi Menumbuhkan Gerakan Literasi Sekolah. 8

2.5 Perpustakaan sebagai Ujung Tombak Literasi Sekolah. 10

BAB III METODE DAN PEMECAHAN MASALAH.. 12

3.1 Melibatkan Pendidik dan Peserta Didik dalam Kegiatan Literasi Sekolah (GLS). 12

3.2 Upaya yang dilakukan sekolah agar peserta didik memiliki peningkatan dalam kegiatan literasi 15

3.3 Hasil yang sudah dicapai oleh SMPN 2 Parongpong dalam Gerakan Literasi Sekolah. 16

3.4 Cara Meningkatkan Jumlah Buku Bacaan untuk Kegiatan Gerakan Literasi Sekolah di SMPN 2 Parongpong  17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.. 20

4.1 Kesimpulan. 20

4.2 Saran-saran. 20

DAFTAR PUSTAKA.. 22

LAMPIRAN.. 23

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional / Sisdiknas, Nomor 20 Tahun 2003 mengatur bahwa “Penyelenggaraan Pendidikan yang ada di Indonesia harus dalam suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat dengan memberi keteladanan, membangun kemauan (niat, hasrat) dan pengembangan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran melalui mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat dan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan”.

Membaca merupakan fondasi dasar pendidikan bangsa. Hal ini akan menjadi penentu arah kemana suatu bangsa akan dibawa.  Akankah mampu bertahan ataukah hilang terlindas roda zaman. Berdasarkan survei BPS Tahun 2020, jumlah orang yang buta aksara di Indonesia tinggal 1.71 % (Kompas.com, 06/09/2021). Artinya, lebih dari 90% penduduk Indonesia sudah memiliki kemampuan membaca. Namun ironinya meningkatnya kemampuan membaca itu tidak berbanding lurus dengan kegemaran membaca. Membaca masih dianggap sebagai aktivitas biasa dan sesuatu yang membosankan. Padahal membaca sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia khususnya para pelajar untuk memperoleh pesan yang disampaikan orang lain. Sebagaimana yang disampaikan Prof. Guntur Tarigan bahwa ”Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau Bahasa tulis (Tarigan, 2015:7). Pendapat lain menyatakan bahwa “Membaca adalah proses penalaran untuk memahami ide atau pikiran yang terkandung dalam bahasa tulis”. {D.P. Tampubolon 1987 (Kompas.Com: Jernih Melihat Dunia). Menyimpulkan kedua pendapat di atas maka membaca adalah kegiatan mutlak untuk beroleh pengetahuan dan mengembangkannya.

Kita menghadapi suatu kenyataan bahwa membaca belum menjadi budaya dalam masyarakat. Menurut data UNESCO, minat baca Indonesia hanya 0,0001%. Artinya, dari 1000 orang hanya 1 orang saja yang rajin membaca. Rendahnya minat membaca tersebut terasa begitu nyata dalam keseharian di setiap lembaga pendidikan, khususnya sekolah. Setiap hari di sela-sela kegiatan pembelajaran, baik para pendidik maupun peserta didik lebih banyak diisi dan dihabiskan hanya untuk sekedar mengobrol, bersenda gurau atau bercengkrama serta membuka layar gawai. Jauh dari keinginan dan kepedulian terhadap kegiatan membaca. Meskipun tidak sedikit banyak buku yang disuguhkan berjejer di rak-rak ruang guru, dan di perpustakaan. Padahal, pada masa kepemimpinan Menteri Muhajir Efendi telah dimulai sebuah gebrakan di bidang literasi yaitu Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Siswa diwajibkan untuk membaca sejumlah buku dengan harapan akan menjadikan habituasi membaca bagi siswa bahkan hingga akhir hayatnya. Kebijakan ini disambut antusias oleh berbagai institusi dan lembaga yang kemudian melahirkan kegiatan-kegiatan yang mendorong terjadinya perubahan khususnya kemampuan berliterasi.

Demikian pula pada pertengahan Tahun 2016, pemerintah Provinsi Jawa Barat meluncurkan sebuah program unggulan dalam meningkatkan kegemaran membaca.  Kegiatan ini dilakukan melalui pembiasaan membaca bertajug WJLRC (West Java Leaders Reading Challenge). Program ini adalah sebuah tantangan dari Gubernur Jawa Barat kepada seluruh peserta didik mulai kelas VII sampai dengan kelas IX. Hal ini dilakukan untuk dapat menuntaskan membaca buku minimal 24 buku selama kurun waktu 10 bulan. Dengan antusias, SMPN 2 Parongpong turut ambil bagian dalam kegiatan ini dengan mengirimkan 10 orang peserta didik dan 2 orang pendidik sebagai pembimbing. Keikutsertaan SMPN 2 Parongpong dalam kegiatan ini menjadi sebuah langkah awal perjuangan sekolah untuk menumbuhkembangkan budaya literasi yang berkelanjutan di lingkungan sekolah pada khususnya dan lingkungan masyarakat pada umumnya.

Pada pelaksanaannya, merubah kebiasaan peserta didik dan para pendidik untuk gemar membaca tidaklah mudah. Banyak kendala yang dihadapi, yaitu peserta didik memiliki motivasi yang rendah untuk membaca.  Hal ini mungkin saja disebabkan karena lingkungan yang tidak mendukung hadirnya budaya baca.  Ditambah lagi minimnya kepemilikan buku-buku non mata pelajaran di sekolah. Selain itu, para pendidik dan Tenaga Kependidikan selama ini sering menganggap bahwa literasi hanya milik dari guru-guru bahasa, akibatnya guru-guru mata pelajaran lainnya dan tenaga kependidikan merasa kurang termotivasi dan kurang antusias untuk ikut melaksanakan program-program literasi. Ditambah pula dengan berbagai kesibukan dalam menyelesaikan administrasi serta tanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran yang sangat padat sering menjadi kendala.

Selain itu, keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah utamanya sarana bangunan sekolah sebagai tempat yang nyaman untuk membaca serta minimnya alat- alat IT sekolah, sering menjadi kendala yang umum ditemui di sekolah-sekolah. Seperti halnya juga kendala yang ditemui di SMPN 2 Parongpong. Misal terbatasnya sarana ruangan perpustakaan karena dipakai sebagai ruang kepala sekolah dan guru serta staf administrasi. Dengan tidak memiliki ruang perpustakaan yang representatif menyebabkan kenyamanan dalam kegiatan membaca para pendidik dan peserta didik terganggu. Di samping itu, jumlah buku non-pelajaran, seperti jumlah cerita yang berhubungan dengan fiksi dan non fiksi masih kurang. Di samping itu, jumlah buku mata pelajaran tidak seimbang dengan jumlah siswa. Dengan demikian, inilah tantangan yang harus mampu dicari jalan keluar dan solusinya oleh para pegiat literasi di SMPN 2 Parongpong.

 Bertolak dari latar belakang di atas, SMPN 2 Parongpong perlu melakukan dan mencari jalan keluar agar kendala tersebut teratasi.  Akhirnya, dengan berbagai tantangan tersebut di atas, sekolah membuat program yang mendukung budaya literasi agar warga sekolah menjadi orang-orang literat. Kondisi demikian memerlukan diagnosis yang tepat agar mendapat solutif alternatif praktis yang tepat sesuai harapan.  Hal ini dilakukan agar warga sekolah khususnya para pedidik dan peserta didik dapat mengetahui jurus-jurus yang paling jitu untuk menjadi seorang literat. Diagnosis rendahnya minat membaca sebagai usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan penyebabnya serta mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhinya serta cara menerapkan dan kemungkinan-kemungkinan mengatasinya. Maka SMPN 2 Parongpong melakukan “GAUNG LITERASI “untuk meningkatkan budaya literasi sekolah. Di antaranya, Gaung Literasi tersebut terdapat dalam perumusan masalah di bawah ini, yaitu

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1.      Upaya apakah yang perlu dilakukan sekolah agar peserta didik memiliki peningkatan dalam kegiatan literasi sekolah?

2.      Bagaimana keterlibatan guru dalam mengembangkan kegiatan literasi sekolah?

3.      Sarana dan prasarana apakah yang dapat menunjang peningkatan daya dan kemampuan literasi sekolah?

4.      Bagaimana solusi alternatif mengatasi permasalahan dalam menumbuhkan minat membaca peserta didik?

1.3 Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan pembahasan dalam permasalahan ini adalah untuk meningkatkan kegiatan literasi para peserta didik SMPN 2 Parongpong Kabupaten Bandung Barat, dengan indikator sebagai berikut:

1.      Peserta didik SMPN 2 Parongpong dapat meningkatkan kegiatan literasi sekolah.

2.      Para pendidik SMPN 2 Parongpong terlibat dalam kegiatan literasi sekolah.

3.      Sarana dan prasarana SMPN 2 Parongpong dapat menunjang peningkatan daya dan kemampuan literasi sekolah.

4.      Terdapat solusi alternatif mengatasi permasalahan dalam menumbuhkan minat literasi.

 

1.4. Manfaat bagi Sekolah, Pendidik, dan Peserta Didik

Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan program literasi ini, antara lain:

1. Manfaat bagi sekolah

a. Sekolah dapat memiliki peserta didik yang mampu meningkatkan kegiatan literasi yang akan dijadikan budaya bagi sekolah

b. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan karena diyakini peserta didik yang memiliki kemampuan berliterasi akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran.

2. Manfaat bagi Pendidik

a. Para pendidik dapat memantau kegiatan berliterasi peserta didik melalui proses pembelajaran dan mereka akan lebih mudah pada saat memberi tugas untuk membaca referensi-referensi yang berkaitan dengan pembelajaran.

b. Para pendidik akan lebih mudah dalam meningkatkan kemampuan literasi peserta didiknya.

3. Manfaat bagi Peserta Didik

a. Para peserta didik akan memiliki kebiasaan dalam berbagai kesempatan yang mereka miliki untuk selalu melakukan kegiatan literasi.

b. Dengan banyak melakukan literasi, peserta didik akan memiliki pengalaman, pengetahuan, dan wawasan yang lebih luas.


 

BAB II

KAJIAN TEORI

            Kajian pustaka yang penulis paparkan dalam Best Practice ini adalah: Perpustakaan sebagai Gudang literasi sekolah, Pengertian Literasi Sekolah, tujuan literasi sekolah, Manfaat Literasi Sekolah, dan Strategi Menumbuhkan Budaya Literasi Sekolah.

2.1 Definisi Literasi Sekolah

Gerakan Literasi Sekolah dikenal dalam proses pembelajaran di dunia pendidikan. Pembelajaran literasi tertuju pada apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, baik pendidik atau peserta didik. Dalam proses pembelajaran, baik pendidik maupun peserta didik bersama-sama menjadi pelaku gerakan literasi. Menurut Kementrian dan Kebudayaan (2016) pada buku panduan Gerakan Literasi Sekolah menyatakan bahwa literasi adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara.

GLS menurut Sutriantno, dkk (2016:2) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh yang dilakukan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata literasi adalah kemampuan dan keterampilan individu dalam berbahasa yang meliputi membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Literasi berhubungan dengan kata berbahasa. (kbbi.kedikbud.go.id).

 Pengertian Literasi Menurut Para Ahli dan Organisasi Dunia:

1. Menurut Elizabeth Sulzby

Literasi menurut Elizabeth Sulzby adalah kemampuan seseorang dalam berbahasa dan berkomunikasi. Dimana orang tersebut tidak hanya memiliki kemampuan membaca saja. Tetapi juga memiliki kemampuan menyimak, berbicara serta menulis.

Dari apa yang disampaikan oleh Elizabeth di atas menunjukan bahwa literasi sebagai faktor utama agar seseorang bisa berkembang dan melek ilmu pengetahuan lewat membaca. Setidaknya pula, lewat membaca mengantarkan individu tersebut memiliki keterampilan lain selain pengetahuan. Misalnya memiliki keterampilan lain dibidang yang telah mereka baca atau semacamnya. (httpsbarki.uma.ac.id>2021/12/08).

2. Menurut Harvey J. Graff

Menurut Harvey J. Graff, literasi adalah kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Setidaknya dengan dua hal ini masyarakat menjadi lebih melek ilmu pengetahuan. Pengetahuan yang didapatkan dari membaca inilah yang juga bisa mengasah keterampilan berkomunikasi dengan baik. Serta meningkatkan mutu kehidupan karena memiliki keterampilan tambahan lain. Misalnya terampil menulis buku dan mendapatkan royalti atau semacamnya.

3. Pengertian Literasi Menurut Jack Goody

Jack Goody mengartikan literasi sebagai kemampuan individu dalam membaca dan menulis. Literasi sangat penting karena mampu menentukan poin kredit sebuah negara. Sebut saja Negara-negara seperti Jepang, Eropa dan Amerika. Masyarakatnya memiliki kesadaran tinggi akan literasi. Jauh berbeda dengan Indonesia yang kesadaran literasi masih sangat rendah. Secara umum, disini kita bisa melihat bahwa negara yang memiliki kesadaran dan pengertian literasi dengan baik lebih mudah diajak untuk memajukan negaranya. Terbukti negara-negara tersebut pun juga berkembang pesat dari banyak sektor.

4. Menurut Kamus Online Merriam Webster

          Menurut kamus online Merriam Webster literasi adalah kemampuan melek aksara pada individu. Dimana melek aksara ini tidak hanya diartikan sebagai melek aksara dalam arti sebenarnya, misalnya membaca buku dan semacamnya. Tetapi termasuk juga kemampuan membaca dan memahami ide-ide secara visual.    (https/barki.uma.ac.id>2021/12/08. Karena itu, menurut Wells (2015:43) literasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan bahasa dan gambar dalam bentuk yang kaya dan beragam untuk membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, melihat, menyajikan, dan berpikir kritis tentang ide-ide.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis berkesimpulan bahwa gerakan literasi sekolah adalah suatu aktivitas atau kegiatan seseorang dalam rangka mengapresiasi bentuk-bentuk ragam karya seseorang melalui aspek keterampilan berbahasa budaya dan mendalam. Oleh karena itu literasi lebih sesuai diartikan sebagai keberaksaraan.

2.2 Tujuan Gerakan Literasi Sekolah

Beberapa penulis, menyatakan bahwa tujuan umum gerakan literasi sekolah yaitu untuk menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah. Hal ini diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Selain itu ada pula tujuan khusus gerakan literasi sekolah diantaranya:

1. Menumbuh kembangkan budaya literasi di sekolah.

2. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.

3. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.

4. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

2.3 Manfaat Literasi Sekolah

        Setelah kita memahami manfaat Perpustakaan Sekolah, pengertian dan tujuan literasi, sekarang kita akan membahas manfaat literasi. Ada beberapa manfaat literasi, khususnya bagi pendidik dan peserta didik, di antaranya menurut Fahri Abdillah, 2022 Jurnal, adalah:

1.      Memperkaya kosa kata.

2.      Memperluas wawasan dan pengetahuan

3.      Membantu berfikir kritis untuk membantu dalam mengambil keputusan,

4.      Membuat otak bekerja lebih optimal,

5.      Mengasah kemampuan dalam menangkap dan memahami informasi dari bacaan.

6.      Mengasah kemampuan menulis dan merangkaikata dengan lebih baik.

7.      Melatih konsentrasi dan fokus.

8.      Mengembangkan kemampuan verbal.

9.      Meningkatkan kepekaan terhadap informasi yang ada di platform media terutama digital.

10.  Meningkatkan kreativitas dalam memilih dan menyusun kata.

 

2.4. Strategi Menumbuhkan Gerakan Literasi Sekolah

Di bawah ini ada beberapa cara untuk meningkatkan minat baca siswa:

1.      Rutin membaca

Agar kemampuan literasi siswa bisa benar-benar meningkat, buatlah program khusus membaca yang dilakukan setiap hari. Seperti membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.

2.  Membacakan dongeng

Membacakan dongeng kepada siswa sebelum pembelajarn dimulai juga bisa menjadikan siswa suka membaca. Mendengarkan cerita membuat siswa jadi tertarik untuk membaca sendiri.

3. Diskusi soal buku cerita yang dibaca

Kegiatan mendiskusikan buku yang telah dibaca dapat menumbuhkan minat baca siswa. Siswa jadi tertarik mengetahui isi cerita tersebut. Keseruan mendiskusikan sebuah buku yang sudah dibaca bersama akan membuat siswa jadi suka membaca. Ini bisa dilakukan setiap akhir pekan.

4. Perpustakaan Kelas

Buku-buku cerita anak yang mudah diakses siswa juga bisa membuat minat baca meningkat. Membuat perpustakaan mini dikelas menjadikan siswa terbiasa ada di lingkungan buku-buku. Hal ini meningkatkan rasa keingintahuan siswa.

5. Penghargaan Baca Buku

Pemberian penghargaan bagi siswa yang rajin membaca buku, merupakan bentuk lain cara meningkatkan minat baca siswa. Misalnya saja bagi siswa yang telah membaca buku sebanyak dua buku dalam seminggu mendapat kupon peralatan tulis gratis dari koperasi sekolah. Hal ini akan memotivasi siswa untuk membaca.

6. Rajin Menulis

Kemampuan menulis merupakan kemampuan literasi yang diperoleh karena pengalaman membaca. Bila siswa terbiasa membaca, maka siswa akan bisa menulis. Menulis hal-hal sederhana yang dilakukan siswa sehari-hari atau belajar menuliskan kembali buku yang telah dibacanya dengan bahasa sederhana mereka. Kemampuan menulis bisa dikembangkan lewat latihan-latihan yang diberikan guru setiap hari.

7. Pemanfaatan Teknologi

Pada saat ini teknologi dan internet sudah menjadi hal lumrah bagi generasi di era 4.0. Perpustakaan digital bisa dijadikan alternatif lain untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa. Siswa lebih mudah mencari buku-buku baca lewat perpustakaan digital. Bila tidak ada perpustakaan digital, guru bisa mengembangkan lewat materi-materi pembelajaran yang dicari lewat gawai. (Source: sekolahdasar.net)

 

2.5 Perpustakaan sebagai Ujung Tombak Literasi Sekolah

       Sebagaimana kita tahu bahwa perpustakaan sebagai gudang ilmu pengetahuan dan literasi. Di perpustakanlah kita memperoleh berbagai informasi penting dari berbagai buku. Sebagaimana disampaikan bnewsmedia.id,2021 bahwa” Perpustakaan adalah sebuah tempat dimana di dalamnya terdapat koleksi buku dan majalah.” Menurut Undang- Undang Perpustakaan pada Bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa perpustakaan adalah institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengolahnya dengan cara khusus guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara interaksi pengetahuan.

       Perpustakaan dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan dan sumber informasi bagi semua orang, baik masyarakat, mahasiswa, maupun siswa sekolah. Perpustakaan berfungsi sebagai salah satu faktor yang mempercepat proses transfer ilmu. Bagaimana tidak, di perpustakaan sudah pasti menyediakan berbagai macam buku dan rekaman yang bisa digunakan oleh semua kalangan, misalnya buku pengetahuan, buku observasi, buku pembelajaran, buku cerita dan masih banyak lagi jenis buku lainnya.” Perpustakaan dikatakan sebagai gudang ilmu, karena perpustakaan berperan penting dalam memberikan kecerdasan untuk anak bangsa. Dengan adanya perpustakaan, kita harus meningkatkan minat baca anak. Untuk itu, diperlukan gerakan literasi untuk mengaktualisasikan minat baca anak. Dengan literasi tersebut, perpustakaanlah yang mendukung gerakan literasi dengan cara menyediakan berbagai macam bacaan yang menarik bagi siswa sehingga mampu menumbuhkan minat baca yang bagus. Dengan mengunjungi perpustakaan, bisa menguasai ilmu pengetahuan dan bisa mencari berbagai macam ilmu.” (Maulina Arinda.2021: Email: arindamaulina8@gmail.com).

Bertolak dari beberapa pendapat di atas, penulis berkesimpulan bahwa perpustakaan sekolah sangat penting sebagai ujung tombak terciptanya literasi sekolah. Perpustakaan sebagai tempat untuk memperoleh dan menambah wawasan, ilmu pengetahuan, dan berbagai pengalaman para penulisnya. Dengan demikian peran perpustakaan dalam meningkatkan budaya literasi sekolah sangat penting untuk memperoleh berbagai informasi penting sehingga para siswa lebih kreatif dan inovatif.

 


 

BAB III

METODE DAN PEMECAHAN MASALAH

 

Dalam karya Best Practice ini, penulis mencoba mengetengahkan berbagai masalah yang dihadapi SMPN 2 Parongpong. Untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam peningkatan minat kualitas baca peserta didik dan para pendidik dalam Gerakan Literasi Sekolah, maka sekolah melakukan berbagai upaya dan ikhtiar, yaitu

 

3.1 Melibatkan Pendidik dan Peserta Didik dalam Kegiatan Literasi Sekolah (GLS)

Dengan mengacu kepada Kurikulum 13 dan Kurikulum Merdeka Belajar maka kurikulum tersebut menempatkan peserta didik sebagai sumber pembelajaran dan guru sebagai fasilitator. Dengan demikian, kegiatan literasi di SMPN 2 Parongpong tidak lagi berfokus kepada peserta didik semata. Selain sebagai fasilitator, guru juga sebagai subjek pembelajar. Guru sebagai pemangku kebijakan selalu berupaya menjadi fasilitator yang berkualitas. Semua guru di SMPN 2 Parongpong harus menjadi figur teladan literasi di sekolanya dengan melakukan berbagai upaya sebagai berikut:

1. Memberikan Teladan

Memberikan contoh merupakan cara terbaik dalam proses pendidikan, tak terkecuali dalam bidang literasi. Setiap guru harus mampu memberikan contoh yang baik kepada siswanya bagaimana agar siswanya gemar membaca, gemar menulis, gemar menyimak, dan gemar berbicara. Adapun beberapa upaya yang dilakukan SMPN 2 Parongpong agar para guru dan siswanya menjadi literat yang sejati yaitu:

a.  Presentasi reviu. Guru sebagai pendidik tentu saja harus menjadi yang pertama memiliki kegemaran membaca dan menulis sebelum dapat menularkannya kepada peserta didik. Kepala Sekolah dan para pendidik menyampaikan reviu buku yang telah dibaca. Setiap satu pekan sekali setelah kegiatan upacara para pendidik secara bergiliran akan mempresentasikan buku yang telah dibacanya beserta dengan hikmahnya. Lalu informasi hasil reviu guru dipajang di mading sekolah. Hal ini, dapat menjadi contoh teladan bagi para peserta didik di sekolah.

b. Kegiatan literasi khas sekolah bernama Writethone. Kepala sekolah, guru, tenaga pendidik dan siswa secara bersama melakukan kegiatan menulis, baik itu berupa pantun, ataupun puisi yang kemudian setiap perwakilan peserta didik dari setiap kelas dan pendidiknya membacakan hasil tulisannya.

c. Kegiatan Readathon. Kegiatan ini adalah membaca bersama-sama dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai membaca, siswa menyampaikan hasil bacaannya. Kegiatan ini bukan hanya membangun kebiasaan membaca tapi juga dan menumbuhkan kepercayaan diri siswa berbicara di depan orang banyak.

 

2. Memberikan Motivasi.

Motivasi menjadi hal yang penting. Tanpa motivasi maka program sebaik apapun tidak akan dapat dijalankan secara maksimal. Untuk itulah, perlu dilakukan motivasi secara terus-menerus agar semangat dalam berliterasi tetap terjaga. Kegiatan yang mendukung motivasi ini adalah:

a.       Mengikutsertakan siswa dan guru dalam berbagai kegiatan seminar literasi, khususnya mengenai literasi digital. Di mana diketahui bahwa pada masa industri 4.0 ini, kemampuan digital sangat dibutuhkan terutama dalam penyampaian informasi dari jejaring internet yang sangat rentan terjadinya penyalahgunaan maupun informasi yang salah (hoax).

b.      Mengikutsertakan guru dan siswa dalam pelatihan menulis. Kegiatan literasi bukan hanya berkaitan dengan membaca saja, namun juga kemampuan menerjemahkan apa yang dibaca maupun apa yang difikirkan menjadi sebuah tulisan. Oleh Karena itu diperlukan pelatihan khusus untuk menumbuhkembangkan kemampuan tersebut. Jika guru sudah memiliki kematangan dalam menulis, tentu akan menjadi lebih mudah untuk mentransferkan kemampuan tersebut kepada peserta didiknya, minimal kepada peserta didik yang tergabung dalam kegiatan tantangan literasi

c.       Memberikan penghargaan kepada siswa maupun guru yang memiliki prestasi dalam bidang literasi. Sekolah memberikan apresiasi terhadap pencapaian yang didapatkan oleh guru dan siswa sehingga memberikan motivasi tidak hanya untuk yang bersangkutan tetapi juga untuk siswa yang lainnya.

 

 

 

3. Kerjasama dan kekompakan

Suatu program dapat terlaksana dan sukses ditentukan oleh kondusifitas lingkungan sehingga terjalin kerjasama dan kekompakan, untuk itulah SMPN 2 Parangpong melakukan:

1.      Komunikasi secara intens dengan komite sekolah dan alumni sehingga mereka dapat turut andil khususnya dalam menanggulangi keterabatasan sarana dan prasarana di sekolah. Sebagai contoh orang tua siswa dan alumni memberikan bantuan buku-buku bacaan yang layak dibaca oleh siswa sekolah menengah. Orang tua siswa, melalui paguyuban juga dilibatkan secara aktif untuk menyemarakkan kelas dengan pembuatan pohon geulis atau diorama dunia baca, juga pojok-pojok baca di sekolah.

2.      Pembentukan tim literasi lintas bidang studi. Selama ini ada anggapan bahwa literasi hanya monopoli dari guru rumpun bahasa, sehingga dibutuhkan paradigma baru bahwa kemampuan literasi merupakan tanggungjawab semua guru mata pelajaran. Terlebih pada saat ini, dimana pemerintah menghapuskan sistem Ujian Nasional dan diganti dengan AKM yang pada dasarnya menguji kemampuan literasi baca dan numerasi. Tim GLS SMPN 2 Parongpong terdiri dari guru mapel rumpun  bahasa, IPS, IPA, Seni, PKn dan Matematika sehingga dapat memperkaya keberagaman dasar pengetahuan berliterasi dalam berbagai mata pelajaran.

3.      Setelah melewati berbagai tantangan dan juga program literasi, lahirlah beberapa produk literasi SMPN 2 Parongpong. Di antaranya adalah:

a.       Writethon

Adalah sebuah program literasi untuk membangun dan meningkatkan kemampuan menulis siswa dan guru SMPN 2 Parongpong. Teknisnya serupa dengan readathon. Guru dan siswa menulis sebuah tulisan dengan jenis dan tema yang telah ditentukan. Penulisan dilakukan secara serentak dengan durasi waktu yang telah ditentukan juga.

b.      U-tuber (Uniknya Tulisan Berantai)

Produk ini adalah pengembangan dari writethon namun dilakukan secara berkelompok. Di awal, semua anggota kelompok mendiskusikan terlebih dahulu benang merah dari cerita yang akan dikembangkan. Anggota kelompok yang pertama betugas membuat awal cerita. Anggota selanjutnya melanjutkan cerita yang telah diawali oleh anggota pertama. Dan begitu selanjutnya hingga cerita selesai. Projek U-tuber menuntut kerja sama dan pengembangan imajinasi sebagai salah satu modal dasar menulis. Projek ini telah melahirkan beberapa tulisan cerita yang salah satunya berjudul Legenda Cibadak yang menceritakan legenda terciptanya daerah Cibadak di mana SMPN 2 Parongpong berdiri.

c.       D’Dors (Di Dupong Ngabodor)

Ini adalah produk baru dari literasi digital Dupong. Ini adalah konten You tube Dupong dengan konsep sketsa-sketsa lucu berbahasa Sunda yang diperankan oleh guru dan siswa Dupong. Konten ini diluncurkan di channel you tube Dupong Bersinar. Sehingga dapat dinikmati secara luas baik oleh warga sekolah maupun umum. Video-videonya berkelanjutan sehingga viewer dapat menikmati terus konten-kontennya. Produk ini jelas menggali bakat dan minat berbagai pihak di sekolah untuk berkolaborasi menghasilkan tayangan. Tayangan-tayangannya juga akan memberikan motivasi bagi siswa lain untuk bisa berkarya baik secara kelompok maupun perseorangan, baik di sekolah maupun mandiri.

d.      1001 Guruku

Produk in adalah yang terbaru. Sama halnya dengan D’TenDors, 1001 Guruku adalah konten You Tube yang menceritakan berbagai karakter guru dengan gaya yang menghibur berbentuk parodi maupun informatif, seperti Sehat Bersama Bu Iis, yaitu konten kesehatan yang dibawkan oleh Bu Iis, salah seorang guru yang juga pemerhati nutrisi.

e.       Jalan Bareng Dudu dan Popong

Konten ini berisi perjalan Dudu dan Popong Bersama para sahabatnya ke berbagai tempat menarik di sekitar sekolah untuk dijadikan bahan sumber belajar selain di sekolah. Contohnya di video berjudul “Seni Pencak Silat Paguron Domas Geger Hanjuang”. Konten semacam ini akan memberikan banyak manfaat bagi siswa. Mereka belajar aktif di masyarakat, juga membangun kepercayaan diri.

 

3.2 Upaya yang dilakukan sekolah agar peserta didik memiliki peningkatan dalam kegiatan literasi

            Bertolak dari latar belakang dalam pendahuluan dan landasan teori di atas, SMPN 2 Parongpong perlu melakukan dan mencari jalan keluar atau upaya yang dilakukan agar peserta didik mengalami peningkatan dalam kegiatan literasi. Akhirnya, dengan berbagai tantangan tersebut di atas, sekolah membuat program yang mendukung terbentuknya budaya literasii sebagai Program Unggulan SMPN 2 Parongpong, yaitu:

1. Habituasi. Maksudnya, merubah suatu prilaku agar menjadi karakter seseorang. Tentunya, tidak bisa dilakukan dalam waktu yang sekejap dan sesingkat mungkin. Perlu waktu dan proses pembiasaan dengan waktu yang lama. Oleh sebab itu, SMP Negeri 2 Parongpong membuat program unggulan untuk mendukung hal tersebut.

2. Mewajibkan siswa untuk membaca minimal 3 buah buku dalam satu semester.  Hal ini dilakukan dan dibuktikan dengan penulisan Reviu Buku serta Diorama Dunia Baca sebagai salah satu syarat siswa untuk dapat mengikuti Penilaian Akhir Semester (PAS).

3. Secara konsisten sekolah mengikuti kegiatan- kegiatan bertajug literasi, seperti TMBB dan GLN Gareulis Jawa Barat, agar siswa dan guru yang mengikuti kegiatan tersebut memiliki target yang terstruktur.

4. Selain kegiatan-kegiatan di atas, sekolah melaksanakan pula perlombaan-perlombanan bernafaskan literasi baik untuk peserta didik maupun para pendidik di tingkat sekolah maupun luar sekolah. Contoh kegiatan perlombaan tersebut, seperti lomba menulis puisi, lomba menulis pantun dan menulis cerpen, serta lomba membuat diorama kelas yang dibimbing oleh wali kelas dan orang tua peserta didik.

 

3.3 Hasil yang sudah dicapai oleh SMPN 2 Parongpong dalam Gerakan Literasi Sekolah

Program literasi di SMPN 2 Parongpong yang sudah berjalan hampir 5 tahun, sedikit banyaknya telah membuahkan hasil yang memuaskan Hal ini tergambar dari beberapa prestasi yang diraih oleh sekolah, di antaranya:

1.      SMPN 2 Parongpong mendapatkan 4 medali untuk siswa dan 2 medali untuk guru yang berhasil menuntaskan tantangan membaca dari gubernur dalam program WJLRC. Selain itu, mengikuti kegiatan jambore literasi tingkat provinsi di Kiara Payung.

2.      Selama 3 tahun berturut-turut menjadi sekolah inspiratif literasi tingkat KBB.

3.      Siswa SMPN 2 Parongpong atas nama Devita Putri Nandini menjadi siswa dengan jumlah baca buku terbanyak. Pada tahun 2019, ia mampu membaca 230 buku dalam 7 bulan tantangan dan pada tahun berikutnya mampu menyelesaikan lebih banyak buku yaitu 325 buku.

4.      Guru SMPN 2 Parongpong atas nama Dra Kristiani Prihatiningsih menjadi guru motivator tingkat nasional serta karya puisinya terpilih sebagai pemenang SELEKSI NASIONAL CIPTA PUISI 2021 dan hasil karyanya diterbitkan dalam kumpulan puisi terbaik berjudul “Seribu Bait Cinta Sang Guru.”

5.      SMPN 2 Parongpong dapat menghasilkan 6 Karya Antologi dan 2 draf buku yang merupakan hasil karya seluruh warga dupong, yaitu

a.       Buku Antologi Puisi berjudul Daras Hati

b.      Buku Antologi Pantun berjudul Pena Bertuah

c.       Buku Antologi Cerpen berjudul Lentera Literasi

d.      Buku Antologi Artikel berjudul Senarai Asa Kala Pandemi.

e.       Buku Antologi Artikel berjudul Guru Inspiratif Kala Pandemi

f.       Buku Antolog Puisi Kedua berjudul Daras Hati Kedua

 

6.      Literasi yang dijalankan oleh SMPN 2 Parongpong juga telah menunjukan hasil nyata bagi seorang siswa. Siswa tersebut cukup rajin dan aktif di kelasnya namun seringkali mendadak pingsan tak sadarkan diri bahkan ada kalanya tiba-tiba menangis histeris. Hingga akhirnya terpilihlah siswa tersebut menjadi peserta TMBB. Padatnya kegiatan sekolah ditambah membaca buku membuatnya teralihkan dari kekosongan pikiran. Tidak pernah sekali pun dirinya pingsan lagi setelah itu.

7.      SMPN 2 Parongpong mendapat anugerah menjadi Sekolah Inspiratif peringkat 1 dalam kehiatan GLN-GAREULIS tingkat Provinsi Jawa Barat.

8.      SMPN 2 Parongpong mendapatkan predikat Galeri Terbaik tingkat Provinsi dalam kegiatn GLN-GAREULIS JABAR.

 

3.4 Cara Meningkatkan Jumlah Buku Bacaan untuk Kegiatan Gerakan Literasi Sekolah di SMPN 2 Parongpong

Beberapa kegiatan yang dapat meningkatkan jumlah buku bacaan untuk mendukung kegiatan literasi di SMPN 2 Parongpong sebagai berikut:

Tahap Persiapan

1.      Melengkapi Buku Fiksi (Novel, Novel Terjemahan, Cerpen, Dongeng, Cerita ber gambar, Roman, yang sifatnya mendidik) dan Buku Non Fiksi ( Ilmu Pengetahuan Populer, Buku Biografi atau Auto Biografi, Buku- buku Motivasi, Buku-buku Artikel, karya-karya Ilmiah) yang mendidik dan menggunakan Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Sunda, dan  berbahasa Inggris. Namun bukan Buku Paket atau Buku Mata Pelajaran.

2.      Penataan Perpustakaan sebagai gudang buku-buku literasi, antara lain di ruangan perpustakaan, di ruang  guru berupa Pojok Literasi, di Ruangan Kepala Sekolah berupa Sudut Literasi, dll

3.      Penambahan koleksi-perpustakaan melalui kegiatan pengadaan dari anggaran yang relevan, khususnya Anggaran Bos.

4.      Sosialisasi Program Gerakan Literasi Sekolah atau Gerakan Literasi Nasional.

5.      Pembentukan Tim Kerja sebagai pengurus Gerakan Literasi Sekolah atau Gerakan Literasi Nasional.

 

Tahap Pelaksanaan

1.      Hibah Buku, Sekolah menerima sumbangan wakaf buku dari berbagai pihak dengan kriteria: Tema buku berada dalam koridur keilmuan, ilmu sejarah, dan ilmu-ilmu lain yang relevan. Buku dalam kondisi lengkap. Buku dalam kondisi baik dan dapat dibaca. Pemberi hibah adalah pemilik langsung atau memiliki persetujuan pemilik buku tersebut. Terakhir, pemberi hibah jelas agar buku-buku yang dihibahkan dapat dipertanggungjawabkan serta sebaiknya buku yang dihibahkan dibubuhi cap penunjuk  identitas pemberi buku.

2.      Pengajuan bantuan buku ke Perpustakaan Nasional dengan cara mengajukan permohonan dengan mengajukan surat resmi yang ditujukan kepada Kepala Perpustakaan Nasional melalui Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca. Dengan menghubungi Sekretariat Pusat dengan alamat lengkap “Sekretariat Utama Perpustakaan Nasional, DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN BAHAN PUSTAKA DAN JASA INFORMASI , JL. SALEMBA RAYA 28 A, JAKARTA PUSAT, TLP.021-3922669, 3922749, 3922855, 3923116 ( OPERATOR)  FAKS: 021-3103554. Selain itu, bisa juga menghubungi langsung pihak Perpustakaan Nasional melalui Website resminya di sini: PERPUSTAKAAN NASIONAL, JL. SALEMBA RAYA, NO.28A, WA/SMS 085717147303, EMAIL; info@perpusnas.go.id

3.      Adanya Pojok-pojok Baca Kelas atau Saung- saung Baca. Setiap buku yang akan dibaca mulai disebarkan melalui pojok-pojok baca di setiap ruang kelas atau bisa melalui pojok baca dingding kelas. Pustakawati yang mengatur sirkulasi pembaruan bukunya. Hal ini mempermudah mengambil buku yang akan dibaca.

4.      KERJADESBUKLIT (Kerja Sama Desa Buku Literasi), maksudnya mendatangi Kepala Desa setempat untuk mendapatkan pinjaman Buku Perpustakaan Desa. Hasilnya, sekolah mendapat pinjaman sebanyak 200 buku bacaan per semester.

5.      SUMBUKLUMNI (Sumbangan Buku Alumni), maksudnya mengajak dan melibatkan ALUMNI untuk menyumbang satu buku bacaan dengan judul bebas sebelum mereka lulus. Kemudian ditampung oleh wali kelas, dan diserahkan ke perpustakaan sekolah untuk diadministrasikan.

6.      MENGDANBOSBUK (Menganggarkan Dana Bos Buku), maksudnya, sekolah sudah menganggarkan dana bos untuk pembelian buku setiap tahun. Buku-buku tersebut bisa berbentuk Buku Fiksi atau buku Paket, dan Buku Mata Pelajaran. Setiap peserta didik harus memiliki semua buku paket atau Buku Mata Pelajaran yang berbanding 1:1. Semua buku Paket dipinjamkan kepada peserta didik setiap semester, yang kemudian jika sudah selesai akhir semester, diserahkan kembali ke sekolah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bagian terdahulu, dapatlah penulis simpulkan bahwa

1. Membaca merupakan pondasi kehidupan. Hal ini akan menjadi penentu arah kemana suatu bangsa akan dibawa. Membaca sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia khususnya bagi peserta didik untuk memperoleh pesan yang disampaikan.

2.  Setiap program pasti memiliki tantangannya sendiri, namun tantangan tersebut dapat terlaksana bila terdapat perencanaan yang tepat serta kerjasama yang solid dari seluruh unsur.

3. Beberapa pencapain dalam bidang literasi sudah didapatkan oleh SMPN 2 Parongpong, namun itu bukan berarti perjuangan membumikan literasi harus berhenti, karena sejatinya keberhasilan literasi bukanlah dari berjejernya penghargaan dan tropi tapi seberapa besar kita dapat memaknai kehidupan melalui apa yang tesirat dan apa yang tersurat.

 

4.2 Saran-saran

Dalam penulisan Best Practice ini, penulis akan menyampaikan samran-saran sebagai berikut:

1. Untuk merubah sebuah perilaku menjadi kebiasaan yang baik pasti tidak akan mudah, akan banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi. Untuk itulah dibutuhkan perjuangan, kesabaran, keuletan kerjasama, dan program yang secara konsisten dijalankan.

2. Dalam usaha melaksanakan gerakan literasi sekolah ini, diharapkan pendidik mampu menjadi salah satu sumbangsih SMPN 2 Parongpong untuk menghadirkan peserta didik yang memiliki wawasan luas, berpikir logis dan kritis, serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Peserta didik pun dapat menularkan habituasi literasinya yang telah baik kepada rekan-rekannya sehingga tercipta lingkungan yang kental nuansa literasinya sampai pada akhirnya tujuan berliterasi terwujud.

3. Sebaiknya pendidik dan peserta didik dapat menghasilkan sebuah karya sendiri sehingga hasil karya tersebut dapat menambah pengalaman, pengetahuan, dan wawasan baik bagi para pendidik maupun peserta didik.  Tujuan akhirnya, peserta didik beroleh pengetahuan dan pengalaman yang luas sehingga akan berpengaruh pada masa depan bangsa ke arah yang jauh lebih baik. Generasi penerus sebagai calon-calon generasi bangsa di masa depan akan membawa negeri ini menjadi negeri yang baldatun toyyibatun wa robbun ghofur, yakni negeri yangmengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya.

4. Sekolah membuka ekstrakurikuler terkait pengembangan minat dan kemampuan literasi peserta didik seperti ektrakurikuler menulis, drama. Atau membentuk majalah sekolah atau kanal You Tube dengan para peserta didik sebagai konten kreatornya.

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

Tarigaan, Guntur. (1987) Teknik Keterampilan Berbahasa.  Kompas.com: Jernih Melihat Dunia.

BPS, SURVEI, (2020) Hasil Survei BPS Tahun 2020. Kompas.com: Jernih Melihat Dunia.   

Tampubolon, D.P. (1987) Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Kompas.com: Jernih Melihat Dunia.

UNESCO. Artikel DJKN.Membaca To Kill Time To Full Time. Djkn: KPKNLPadang.

KBBI.

Lerner. (1988) https//barki.uma.ac.id: 2021/12/08.  Pengertian Literasi Menurut Beberapa Para ahli. Barki Uma Ac.id:

 Es Sari. (2017) Journal.uny.ac.id. Budaya Literasi di Kalangan Mahasiswa: https//journal.uni.ac.litera:PDF

Orbita, A. (n.d.). Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Siswa. Gurusiana. https://gurusiana.id/read/arbanurorbita/article/strategi-meningkatkan-kemampuan-literasi-siswa-4880656

Posting Komentar untuk "Best Practices SMPN 2 Parongpong"