Simon dan Petualangan Melawan Naga karya
480 tahun yang lalu, Rouensville merupakan daerah yang makmur. Terdapat Kastil besar tempat seorang bangsawan tinggal dan benteng tinggi melindungi kota. Tetapi kota itu dan semua kekayaannya tidak bertahan lama. Setelah makmur selama kurang dari 10 tahun, Semua kekayaan yang dimiliki oleh Rouensville lenyap. Kastil yang megah, benteng yang tinggi, dan bangunan yang indah hancur dan hanya menyisakan reruntuhan. Seluruh harta benda bangsawan yang memegang kendali atas Rouensville hilang dan tidak diketahui keberadannya. Rouensville hancur karena amukan dari seekor Naga. Legenda mengatakan bahwa Naga itu berwarna merah dan hitam, memiliki mata berwarna merah, dan dapat menyemburkan nafas api. Banyak orang meninggal akibat dari amukan Naga itu.
Sekarang lahirlah seorang anak
lelaki. Anak itu diberi nama Simon. Simon adalah anak dari seorang Baron
pemilik tanah Rouensville. Tentu saja, keluarga Simon adalah keluarga
terpandang dan kelahirannya dihadiri oleh banyak bangsawan dan dirayakan oleh
seluruh warga kota kecil itu.
Rouensville baru berdiri kembali
sejak 200 tahun yang lalu. Kota ini dibangun kembali oleh kakek buyut dari
Simon. Semenjak dibangun kembali, banyak orang mulai pindah dan bermukim di
Rouensville. Kota ini mulai hidup kembali dan menjadi tempat yang sering
dikunjungi oleh orang-orang yang ingin berwisata. Meski sudah dibangun lagi,
Rouensville tidak menyingkirkan reruntuhan dari kastil yang hancur dan
menjadikannya situs bersejarah. Itulah sebabnya banyak orang yang tertarik
untuk mengunjungi kota ini. Bukan hanya turis, pedagang juga mendatangi kota
ini untuk berdagang dan menjual produk kepada turis dan penduduk lokal. Hal ini
menjadikan ekonomi Rouensville bergantung pada turisme dan perdagangan
barang-barang dari dalam kota keluar maupun dari luar ke dalam kota.
Saat Simon berumur 10 tahun, dia
pergi keluar kastil tanpa sepengetahuan dari orang tuanya. Saat dia sedang
berjalan di sekitar pasar, dia bertemu dengan seorang kakek tua. Kakek tua itu
buta dan tampak kurus. Saat Simon berjalan melintasi kakek tua itu, sang kakek
memanggil Simon dan mengatakan bahwa dia memiliki cerita yang menarik. Meski
buta, sang kakek dapat mengenali Simon dan memanggil Simon dengan sebutan “Yang
Mulia”.
“Ada apa?” Tanya Simon menaggapi
panggilan kakek tua itu.
“Yang Mulia, hamba memiliki
cerita menarik yang mungkin akan anda sukai.” Jawab sang kakek tua dengan suara
pelan.
“Jangan panggil aku dengan
sebutan ‘Yang Mulia’, jangan sampai orang-orang tau aku ada di sini! Tapi,
bagaimana kamu tau siapa aku jika kamu tidak bisa melihat?” Tanya Simon sambil
terkejut.
Kakek tua itu menjawab, “Hal itu
tidaklah penting. Jadi, apakah tuan muda ingin mendengar sebuah cerita dari
Hamba?”
“Baiklah, biarkan aku mendengar
cerita darimu.” Jawab Simon.
Sang Kakek tua itu pun bercerita
tentang Naga yang menghancurkan kota ini 490 tahun yang lalu. Kakek itu
menjelaskan bahwa menurut legenda, Naga itu akan menyerang Rouensville lagi
setelah 500 tahun. Naga itu akan bangun dari tidurnya dan akan mencari makan.
Sang kakek tua itu juga menyebutkan bahwa akan ada seorang pemuda pemberani
yang akan membunuh sang Naga dan menghentikan bencana yang akan ditimbulkan
Naga itu.
8 tahun telah terlewati dan
Simon masih mengingat cerita dari kakek tua yang dia temui di pasar. Semenjak 8
tahun terakhir, Simon mulai belajar menggunakan pedang. Simon diharuskan untuk
belajar berpedang sejak kecil karena ayahnya adalah seorang ahli pedang. Meski
belajar pedang di bawah bimbingan ayahnya, Simon juga belajar menggunakan sihir
dari ibunya. Ibu Simon merupakan penyihir es dari keluarga yang terpandang di
kerajaan. Sihir es dari ibunya sangat kuat berkat kekuatan sihir yang kuat dari
keluarganya.
Pada
suatu malam, Simon tidak bisa berhenti berpikir tentang cerita sang kakek. Jika
Naga itu akan terbangun dan mencari makan setiap 500 tahun sekali, maka Naga
itu akan bangun 2 tahun lagi. Simon berpikir bahwa dia harus menjadi lebih kuat
untuk melindungi rakyatnya. Simon berniat untuk keluar dari kehidupan nyamannya
di kastil dan pergi keluar untuk meningkatkan kekuatannya.
3 Bulan berlalu dan keterampilan
pedang milik Simon telah meningkat drastis. Bukan hanya keterampilan
berpedangnya, ilmu sihirnya juga telah meningkat. Setelah merasa bahwa dia
telah mendapat cukup ilmu di rumahnya, dia merencanakan rencana pelariannya.
Pada suatu pagi, semua orang di
dalam kastil kaget atas hilangnya Simon. Simon sudah pergi dari kastil pada
malam hari menggunakan sihir tidak terlihat yang membuat dirinya tidak dapat
dilihat oleh orang lain. Sekarang, Simon sedang berada di reruntuhan kastil
yang berada di atas gunung untuk beristirahat dan mengamati situasi. Setelah
situasi dianggapnya aman, Simon melanjutkan perjalanan ke balik gunung.
2 tahun telah berlalu dan Simon
memutuskan untuk kembali ke Rouensville. Selama 2 tahun terakhir, Simon bertemu
dengan seorang penyihir dengan kekuatan luar biasa yang tinggal di huutan dan
memutuskan untuk menjadi muridnya. Karena Simon sudah belajar banyak dari
ibunya, setelah 1 tahun belajar penyihir itu mengatakan bahwa dia sudah tidak
bisa mengajarkan apapun lagi kepada Simon. Setelah berguru kepada penyihir ilmu
sihir Simon meningkat drastis terutama sihir esnya. Meski berguru dan sedang
belajar untuk meningkatkan ilmu sihir, Simon selalu melatih keterampilan
pedangnya di waktu luangnya. Setelah berguru dengan sang penyihir, Simon
mencari sebuah penjara bawah tanah penuh monster untuk mendapatkan
barang-barang yang dapat meningkatkan ilmu sihirnya. Saat di penjara bawah
tanah, Simon menemukan sebuah pedang yang tampak usang, tetapi Simon bisa
merasakan kekuatan es dari dalamnya.
Saat sampai di kastil ibu dari
Simon menangis dan memeluk Simon.
“Akhirnya kau pulang, Simon. Ibu
sangat meridukanmu.” Ucap ibu Simon sambil memeluk Simon dan menangis.
“Maafkan aku, ibunda. Aku sudah
pulang sekarang, jadi berhentilah menangis.” Jawab Simon mencoba menenangkan
ibunya.
Setelah kembali ke kastil, Simon
mencoba untuk merestorasi pedang yang ditemuinya di penjara bawah tanah. Meski
sudah berusaha keras, Simon tidak berhasil merestorasi pedang itu. Saat sedang
berjalan di pasar, Simon bertemu dengan kakek tua yang menceritakan kisah
tentang Naga itu 10 tahun yang lalu. Dia bertemu kakek itu di sebuah gang
kecil. Simon menghampiri kakek tua itu dan membagikan sebuah roti dan air yang
baru ia beli di pasar. Sang kakek bercerita lagi pada Simon.
“Anda sudah melewati banyak hal,
Yang Mulia. Hamba yakin anda sudah siap. Pergilah ke puncak gunung dimana
reruntuhan kastil itu berada. Anda akan menemukan tempat dimana Naga itu
tertidur.” Ucap sang kakek sambil menunjuk ke gunung.
Tanpa banyak tanya, Simon
mengucapkan terima kasih kepada sang kakek dan pergi ke gunung yang dimaksud
oleh sang kakek.
Saat berada di atas gunung,
Simon melihat sebuah gua dan mencoba untuk memasukinya. Gua itu berada tinggi
di puncak gunung tetapi Simon dapat masuk kesana dengan sihir terbang yang
diajarkan ibunya. Setelah memasuki mulut gua, Simon menyusuri gua dan masuk
lebih dalam ke dalam gua. Di dalam, dia menemukan seekor Naga besar yang sedang
tertidur.
Simon mengeluarkan pedangnya dan
mendekati Naga itu, tetapi tiba-tiba Naga itu terbangun dan menyerang Simon.
Naga itu menyerang dengan menyemburkan nafas api ke arah Simon, tetapi Simon
berhasil menahan serangannya dengan membuat tembok dari tanah. Naga itu
menyerang lagi dengan menggunakan ekornya dan menghancurkan tembok yang dibuat
Simon. Simon mencoba berlari ke arah Naga itu untuk menyerang dan berhasil menyayat
leher sang Naga. Naga api itu kesakitan dan melempar Simon ke dinding gua.
“Ugh!” Rintih Simon kesakitan.
Saat Simon mulai kehilangan
kesadarannya, tiba-tiba pedang di tangannya mengeluarkan aura es yang sangat
kuat. Ini menyembuhkan beberapa luka di tubuh Simon dan memberi Simon tenaga
untuk berdiri lagi. Dengan tenaganya yang tersisa, Simon berlari ke arah Naga
dan menembakkan sebuah es tajam. Es itu mengenai mata sang Naga dan membuatnya tidak
memerhatikan dimana Simon berada. Simon berlari ke arah ekor Naga dan
memanjatnya untuk mencapai keplanya. Saat diatas kepala Naga, Naga itu berlari
keluar gua dan mencoba melarikan diri dengan cara terbang. Simon hampir
terjatuh dari kepala sang Naga tetapi berhasil menyelamatkan dirinya dengan
membuat es yang merekat di tubuh Naga dan tangannya. Simon dengan cepat
bergerak dan melukai sayap sang Naga. Sayatan Pedangnya membuat salah satu
sayap sang Naga tidak berfungsi.
Naga itu kehilangan
keseimbangannya dan terjatuh. Simon dan Naga api itu menabrak dan menghancurkan
benteng kota Rouensville. Naga itu terdiam lemas tidak berdaya. Simon pun
berjalan ke dada sang Naga dan menancapkan pedangnya tepat di jantungnya.
Jantung Naga api yang semulanya panas menjadi dingin karena ditusuk dengan
pedang Simon. Pada akhirnya Naga itu mati di tangan Simon. Semua warga kota
yang hanya mengira Naga hanya ada dalam legenda tidak percaya melihat Simon.
Posting Komentar untuk "Simon dan Petualangan Melawan Naga karya "